"Just because you can't see it, doesn't mean it isn't there" - Laut bukan tempat sampah!

6/5/10

Enjoy Tidung Island

Matahari belum menampakkan wajahnya saat gue tiba di depan halte Citraland Mall, Grogol. Hari ini (15/5) gue memang sengaja bangun pagi-pagi sekali agar bisa tiba di halte ini sesuai jadwal. Menurut itinerary yang gue buat, waktu berkumpul di halte ini adalah pkl. 05.30 - 06.00 WIB dan gue tiba tepat pkl. 05.35 WIB, sendirian... hmmm...

Sambil menunggu teman2 yang lain, mendingan sarapan roti dulu kali ye... Baru aja gigitan pertama sukses menembus kerongkongan, satu persatu teman2 bermunculan. Dimulai dari Mila dengan abang tukang ojeknya. Disusul Tania, Minita, Andrew, Danang & Daniel by taxi. Dilanjutkan dengan hadirnya duet Irma & Januar (yang kenalan di jalan karena merasa satu tujuan...jiahhh :D), kemudian disusul oleh Tere yang jalan kaki dari ujung lampu merah dan Sari yang dianterin adeknya pake motor.

Tak berapa lama, Rachmad, Yanti & Yulia nongol dari ujung jalan. Setelah itu Endah muncul terengah2 turun dari bus kota (hehehe... die takut ketinggalan, soalnya udah hampir pkl. 06.00 WIB). Hmmm... hampir lengkap, tinggal satu orang lagi (Tini).

Sambil menunggu satu orang peserta lagi, gue meminta agar sebagian dari kami (4 orang) berangkat duluan ke Pelabuhan Muara Angke dengan taxi untuk mengejar waktu, takut ketinggalan kapal cuy...;)
Setelah keempat orang itu berangkat, tiba-tiba kami dikejutkan dengan sebuah mobil angkot yang berhenti persis di depan kami. Sang supir menawarkan angkotnya untuk mengantar kami ke Pelabuhan Muara Angke.

Setelah berdiskusi sebentar, kami pun setuju. Tak berapa lama, angkot langsung penuh diisi oleh 10 orang yang berdesak-desakan. Kemudian, angkot melaju setelah posisi Tini diketahui. Tepat di lampu merah, Tini kami jemput. Pkl. 06.05 WIB, lengkap sudah para backpacker yang akan menuju P. Tidung :D

Narsis di angkot

Yup... Kali ini perjalanan yang kami lakukan nggak jauh-jauh, cukup di sekitar kota Jakarta, tepatnya Pulau Tidung. Pulau Tidung memang masih termasuk provinsi Jakarta. Letaknya di gugusan Kepulauan Seribu.

Kurang lebih setengah jam berada di dalam angkot, kami tiba di Muara Angke. Huufftt... beberapa kali gue harus menahan nafas saat angkot memasuki Muara Angke. Bau amis ikan yang menusuk membuat perut gue mual :p Untungnya saat tiba di depan pelabuhan bau amis itu hilang dan gue langsung mengontak Pak Bus, contact person gue di P. Tidung, yang katanya sudah tiba di Pelabuhan Muara Angke sejak subuh tadi.

O ya, Pak Bus inilah yang mengurus semua keperluan kami selama di P. Tidung. Pagi itu suasana di Pelabuhan Muara Angke rame bangettt... Semua kapal yang menuju Kep. 1000 terlihat sangat penuh! Sepertinya Kep. 1000 telah menjadi salah satu tujuan favorit orang-orang yang ingin berlibur di Jakarta.

Jika kamu ingin bekpekeran ke Pulau Tidung, bisa membeli buku Journey To Amazing Sites , Pengarang: Ifa Abdoel, Penerbit: Elex Media Komputindo - Gramedia group. Dalam buku tersebut terurai lengkap panduan tips backpacking ke Pulau Tidung termasuk akomodasi, dan sarana transportasi. Tak hanya itu, buku tersebut juga memuat perjalanan wisata ke tempat-tempat eksotik lainnya di Indonesia ala bekpeker.

Suasana di Pelabuhan Muara Angke

"Pak Bus posisinya dimana neh?" tanya gue.
"Di Pelabuhan Mbak, Mbak Ifa dimana?
"Saya juga udah di Muara Angke niy, saya pake kaos kuning, bawa tas punggung item."
"Tulisan di tasnya AmScud ya?"
"Loh ko tau pak," jawab gue bingung sambil menoleh ke belakang. Saat itulah gue melihat seorang pria berperawakan tinggi, nyengir ke arah gue, jiahhh... ternyata Pak Bus dari tadi ada di belakang gue toh :D

Setelah basa basi sebentar dengan Pak Bus, kami langsung naik ke kapal ferry Raja Ekspress yang akan mengangkut kami menuju P. Tidung. Kami memilih untuk duduk di bagian atas kapal. Alih-alih dateng lebih awal supaya nggak ketinggalan, ternyata kapal malah ngaret berangkatnya. Pak Bus masih menunggu beberapa rombongan yang belum datang, jiahhh... bete dah :p

Akhirnya, sekitar pkl 08.00 WIB kapal baru berangkat. Perjalanan menuju P. Tidung gue habiskan dengan tidoorr... ngumpulin tenaga untuk beraktifitas di P. Tidung...;). Setelah 2,5 jam berada di lautan, kami tiba di P. Tidung Besar. Suasana di dermaga P. Tidung sangat ramaiii... Tanpa ba bi bu lagi, Pak Bus langsung menugaskan beberapa orang anak buahnya yang dari tadi udah stand by untuk mengantar para wisatawan (Termasuk kami-red) menuju penginapan (homestay).

P. Tidung Besar

Dengan berjalan kaki, kami menyusuri jalanan di P. Tidung Besar. Jalanan di P. Tidung Besar tampak rapih dan disusun dari paving block. Barisan rumah di sana pun terlihat teratur. Setelah melewati Kantor Lurah dan Puskesmas yang bergaya minimalis, kami tiba di penginapan.

Homestay

Penginapan kami berupa sebuah rumah yang cukup besar, terdiri dari 3 kamar (ada tempat tidur dan bantal + guling), sebuah ruang tamu dan teras yang cukup luas dan bersih, serta dua kamar mandi. Rumah yang kami tempati ini milik Pak Rapi dan Bu Masinah. Di homestay ini kami beristirahat sejenak sambil menunggu datangnya makan siang.

Waktu sudah menunjukkan pkl. 12.00 WIB, tapi makan siang tak kunjung tiba. Sebagian dari kami yang sudah tak tahan memilih untuk makan mie instant di warung yang terletak tak jauh dari penginapan. Gue sendiri sibuk bolak balik nelepon Pak Bus menanyakan makan siang kami hari itu. Dan jawaban Pak Bus, "Sebentar lagi makan siangnya sampai mbak, orang saya sedang mengantarnya pakai becak." Sekitar pkl. 13.00 WIB, makan siang kami baru tiba, ckckck... :p

Tanpa menunggu aba-aba, kami langsung menyerbu makan siang hari itu, laper banget cuy...:p. Selesai makan, kami kembali harus menunggu sepeda yang akan menjadi alat transportasi kami berkeliling P. Tidung Besar. Gue langsung menelepon Pak Bus dan lagi-lagi kami harus menunggu lama untuk mendapatkan sepeda tersebut...halahhh... :p

Pkl. 14.00 WIB kami baru mendapatkan sepeda, itu pun atas inisiatif kami sendiri yang menjemput langsung sepeda tersebut di rumah Pak Bus (Abis yang bener aja deh... Masa Pak Bus nyuruh satu orang anak buahnya untuk nganterin 16 buah sepeda ke penginapan kami. Gile aje... kapan kelarnya cuy??? gubrakkk.. :p)

Bersepeda di P. Tidung Besar

And guess what? jangan harap dapet sepeda yang bagus ya... sepeda yang kami pakai sangat ala kadarnya. Ada yang pas digoes bunyi krekkk...krekkk... ada yang sadelnya nungging terus (jadi sebentar2 musti berhenti benerin sadel yang posisinya menukik ke atas), ada yang stangnya bengkok (jadi nggak bisa jalan lurus) dan yang paling parahhh... semua sepeda nggak ada remnya!!!

hufftt... Alhasil, begitu pengarungan menuju jembatan P. Tidung dimulai, sepeda2 ini langsung memakan korban... +__+

Berikut list korban sepeda sepanjang pengetahuan gue:
Sari: jari kelingking kaki kirinya biru lebam, bengkak. Penyebab: jatuh dari sepeda.
Irma: lebam2 di badannya (off d record letaknya). Penyebab: nabrak tembok (lebih dari sekali).
Minita: biru2 di tangan dan kaki. Penyebab: nyungsep saat diboncengin Danang sambil bawa kopi.
Tapi salut buat semua, walaupun badan pada biru2 lebam, mereka teuteup semangat genjot sepedanya...:D Satu hal yang pasti... "sorry" pantat pada sakittt... hagagagag =))

Oya, saat mengendarai sepeda2 ini, kami harus sangat hati2 sekali. Pasalnya, pengendara motor di P. Tidung Besar sering memacu kendaraannya dengan kencang di jalanan yang sempit. Kebayangkan... tanpa rem kami harus menghadapi pengendara motor yang ngebut seenaknya. Apalagi gue nggak jago-jago amat naek sepeda... aaarrrggghhhh...

Setelah kurang lebih 20 menit menggoes sepeda, kami tiba di jembatan P. Tidung. Perjalanan ke jembatan kami lanjutkan dengan jalan kaki. Agak bergegas gue manapaki jalan menuju jembatan. Rasanya tak sabar lagi melihat keindahan jembatan P. Tidung yang sering difoto dan dibicarakan orang itu...

Suasana siang itu di jembatan sangat ramai dengan wisatawan lokal... Dan gue cuma bisa tertegun saat melihat jembatan itu. Hmmm... kok mirip jembatan yang di Ancol yakkk... (Lebridge.com)... :p Penasaran, gue terus berjalan mendekati jembatan... dan saat berdiri di atasnya, kok bener2 mirip yang di Ancol yahhh??? +__+

Jembatan Tidung/Jembatan Cinta

Yang jelas, bayangan gue selama ini terhadap jembatan Tidung sangat berbeda dengan kenyataannya. Selain jembatannya yang udah gagal bikin gue terkagum2, suasana yang begitu ramai dengan wisatawan lokal sempat membuat semangat gue drop...! Kecewa? entahlah... yang pasti, setiap orang punya dan berhak untuk menilai. Kepala boleh sama hitam, tapi apa yang ada di pikiran masing2 belum tentu sama...:p

Suasana ramai di jembatan Tidung dan sekitarnya

Jembatan P. Tidung merupakan jembatan yang menghubungi P. Tidung Besar dan P. Tidung Kecil. Jembatan inilah yang menjadi icon dan daya jual P. Tidung. Sebelumnya, jembatan ini sempat rusak parah. Disana-sini banyak kayu yang terlepas dan bolong. Tapi sekarang kondisi jembatan tersebut sudah diperbaiki walaupun di beberapa bagian (di gazebo) masih terlihat kayu yang rapuh dan bolong. Bagian tengah jembatan dibuat melingkar dan di sisi-sisinya berpagar. Sorry, gue lupa nanya berapa panjang jembatan ini, tapi kalo gue kira2 sekitar 1/2 km kali ye... :D

Me.. narsis ;))


Narsis terusss...

Puas narsis di atas jembatan, kami kembali menyusuri jembatan untuk menuju P. Tidung Kecil. Pulau ini tidak berpenghuni. Saat kami menyusuri lebih dalam lagi, di pulau ini terdapat tempat pembibitan pohon mangrove. Lokasi pembibitan ini berhadapan langsung dengan pantai. Di sini kami berhenti sejenak dan bersiap-siap untuk snorkeling :D

P. Tidung Kecil

Sekitar 1 jam kami snorkeling di kedalaman 3 m. Kalo boleh dibilang, terumbu karang di pulau ini biasa aja, lebih banyak karang mati. Ikannya pun sedikit. Yang membuat hati miris... Banyak sampah plastik yang menghiasi coral ditempat ini...:(

Underwater P. Tidung

Puas snorkeling, sebagian dari kami memutuskan untuk makan mie pangsit di warung tenda yang banyak berjejer di pintu masuk jembatan P. Tidung Besar dan sebagian lagi memilih untuk melanjutkan perjalanan menyusuri lebih dalam P. Tidung Kecil. Kami penasaran ingin melihat makam keramat yang sering dibicarakan orang...

Oya, sore itu kami memang sengaja tidak mengejar sunset karena langit yang berawan (mendung). Hampir gelap!... bergegas kami menyusuri jalan setapak dan menerobos tingginya ilalang. Sepuluh menit kemudian, kami tiba di depan makam keramat itu...

Suasana di sekitar makam tampak sepi... hanya ada sebuah mushola kecil dan sebuah rumah bambu tempat tinggal sang juru kunci makam (tapi pada saat kami datang sang juru kunci sedang tidak berada di rumah tersebut). Di batu nisan makam terdapat tulisan 'Panglima Hitam' dan tulisan arab. Makam Panglima Hitam tampak panjang sehingga kami berasumsi bahwa Panglima Hitam memiliki tinggi badan di atas rata-rata orang Indonesia.

Selang beberapa menit, datang segerombolan orang wisatawan. Dari keterangan sang pemandu diketahui bahwa Panglima Hitam merupakan penduduk asli P. Kalimantan yang datang ke P. Tidung untuk berperang melawan Jepang. Panglima Hitam meninggal dunia di pulau ini pada tahun 1930 dan keturunannya menetap di P. Tidung hingga saat ini.

Dari penjelasan Pak Maulana (sang pemandu tadi), orang-orang yang datang ke makam ini biasanya hanya untuk berziarah, tidak untuk mencari wangsit. Di sebelah makam Panglima Hitam terdapat sebuah makam lagi dengan ukuran yang lebih kecil. Tapi hingga saat ini belum diketahui siapa penghuni makam tersebut.

Makam "Panglima Hitam"

Waktu menunjukkan pkl. 17.30 WIB saat kami meninggalkan makam. Perjalanan kami di P. Tidung Kecil usai sudah. Bergegas kami meninggalkan P. Tidung Kecil sambil tak lupa sesekali narsisss... hehehe teutetup.. ;). Sekitar pkl. 18.00 WIB kami berkumpul kembali dengan tim yang tidak ikut ke makam. Di warung tenda kami beristirahat sejenak. Setelah itu cabut ke penginapan dengan sepeda...:p

Setibanya di penginapan, makan malam telah tersedia di depan teras. Setelah makan malam, mandi dan sholat, gue ditemani Irma & Endah jalan kaki bertandang ke rumah Pak Bus untuk membereskan administrasi selama kami berada di P. Tidung. Saat berada di rumah Pak Bus, gue sempet2in bertanya pada Pak Bus tentang P. Tidung.

Menurut Pak Bus, P. tidung mulai booming sejak tahun 2009, tepatnya sejak banyak backpacker yang menulis tentang pulau ini di blog mereka. P. Tidung itu sendiri berpenduduk sekitar 17.000 jiwa dengan luas daratan mencapai 25 Ha. P. Tidung masuk dalam Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan yang meliputi P. Pari, P. Lanca, P. Kayu dan P. Untung Jawa. Di pulau ini sarana pendidikan terbilang lengkap, mulai dari SD, SMP hingga SMA (kejuruan). Mata pencaharian penduduk pulau ini sebagian besar adalah nelayan dan PNS.

Pada kesempatan itu Pak Bus juga meminta maaf pada kami atas ketidaknyamanan yang kami terima saat kami tiba di pulau ini, diantaranya keterlambatan datangnya makan siang dan sepeda tadi. Ia sendiri mengaku sempat kewalahan dengan membludaknya wisatawan yang berkunjung ke P. Tidung. Sejak P. Tidung booming, kunjungan wisatawan tiap wiken meningkat, lebih dari 150 orang. Namun demikian, ia mengaku tetap berusaha memberikan pelayanan yang terbaik.

Pak Bus sendiri memberdayakan ibu-ibu di pulau itu untuk mengurus katering dan para pemudanya untuk menjadi pemandu, serta rumah2 penduduk banyak yang disulap menjadi homestay. Ia juga melibatkan nelayan dari luar P. Tidung untuk disewakan perahunya untuk kegiatan snorkeling. Semua itu dilakukan untuk memberikan penghasilan tambahan bagi masyarakat sekitar...

Dari rumah Pak Bus, kami kembali ke penginapan. Kemudian menggoes sepeda menuju jembatan P. Tidung. Udara malam itu cukup dingin dan angin yang berhembus lumayan kencang. Dipandu dengan pencahayaan lampu dari rumah penduduk dan beberapa lampu jalan, kami memacu sepeda pelan-pelan.

Sesampainya di jembatan, sepeda kami parkir tidak jauh dari jembatan. Sekilas jembatan Tidung terlihat sepi di malam hari. Tapi ternyata, di sepanjang jembatan yang tidak ada penerangannya itu, tiap jarak 5 m ada sepasang muda-mudi yang lagi asyik pacaran (mungkin ini sebabnya jembatan Tidung disebut juga dengan jembatan Cinta... halahhh gubrakkk...:p). Setelah mendapatkan posisi yang pas untuk putu2, narsis pun dimulai.


Puas narsis, kami kembali ke penginapan untuk beristirahat dan tedor...zzz

Hari kedua di P. Tidung...

Pkl. 05.00 WIB kami terbangun, langsung sholat dan cabut menuju jembatan Tidung... lagi??? Yup, kami kembali menyambangi jembatan Tidung untuk berburu sunrise. Tapi sayang, pagi itu matahari hanya membagi sedikit semburat sinarnya. Gagal deh liat sunrise...

Hasil jepretan pagi itu

"Peh... udah jam setengah tujuh nih," sahut seorang teman.
Hah? kaget juga gue. Langsung aja kami buru2 kembali ke penginapan coz It's snorkeling time! Tiba di penginapan sudah tersedia makan pagi yang dibungkus dalam stereofoam. Sementara teman2 langsung mengisi perutnya dengan nasi goreng, gue memilih untuk makan pagi di atas kapal.

Kelar sarapan, kami langsung pergi menuju dermaga Tidung. Setelah bertanya pada seorang bapak2, akhirnya ketemu juga kapal kayu yang akan membawa kami snorkeling. Sekitar pkl. 07.50 WIB kami berangkat menuju P. Air. Menurut Pak Andi, sang pemilik kapal, perjalanan ke P. Air memakan waktu kira2 satu jam. Selama satu jam perjalanan tersebut kami gunakan untuk bercakap-cakap dengan Pak Andi.

Pak Andi bukan warga P. Tidung, ia merupakan warga aseli P. Pari. Dari keterangan Pak Andi ini gue tahu bahwa P. Air yang kami tuju merupakan pulau pribadi milik seorang pengusaha kaya. Di pulau ini terdapat sebuah kanal buatan. Di kanal inilah beberapa orang diantara kami belajar snorkeling :D

P. Air

Hanya sekitar 20 menit kami berada di P. Air. Selanjutnya kami menuju P. Karang Beras untuk snorkeling. Perairan di P. Karang Beras sangat jernih. Kami snorkeling di kedalaman 4 - 5m. Sama seperti keadaan bawah laut di kepulauan seribu, keadaan terumbu karang di pulau ini pun demikian, banyak karang yang telah mati, ikannya pun sedikit. Dan yang bikin nggak tahan, sampah plastik yang nyangkut di karang melambai2 seolah mengejek... aaarrrggghhh... Sayang bangettt... padahal airnya jernih lho...+__+
Keren kan...

Kurang lebih 1 jam kami snorkeling di tempat itu. Kemudian kapal kembali melaju menuju P. Tidung Kecil. Yup, kami kembali snorkeling di pulau tersebut, tapi spot snorkelingnya beda lho. Baru aja badan gue nyemplung ke laut yang jernih, tiba2 kaki dan tangan gue terasa sakit. Gue disundut ubur2...lagi! halahhh... Buru2 aja gue menjauh dari kapal. Untung ubur2nya cuma beredar di sekitar kapal aja :p. O ya, keadaan terumbu karang di tempat ini kurang lebih sama seperti P. Karang beras.

Baru saja sekitar 10 menit menjelajahi bawah lautnya, tiba2 Pak Andi berteriak dan memberi kode bahaya. Ia minta agar gue dan teman2 segera naik ke kapal karena hujan akan segera turun. Tak lama setelah Pak Andi teriak, air laut yang tadinya tenang mulai bergelombang, semakin lama semakin tinggi. Gue pun ikutan teriak memanggil teman2 untuk segera naik ke atas kapal. Setelah semua naik ke atas kapal, Pak Andi segera menyalakan mesin kapal dan kami berlalu dari tempat itu.

Beberapa menit kemudian, hujan dan badai datang menerjang kami. Kapal kayu yang kecil itupun terombang-ambing di lautan yang luas. Berdoa semoga kapal tidak terbalik sambil teutuep... cengengesan...@__@ dasar gokil lo padaaa...:D

Alhamdulillah, setelah sekitar setengah jam kapal kayu kami menerjang ombak, angin dan badai, kami tiba di dermaga Tidung dengan selamat :D. Setelah mendarat kami langsung ngibrit menuju penginapan. Waktu sudah menunjukkan pkl 11.30 WIB.

Entah siapa yang punya ide duluan, rame-rame kami memanfaatkan air hujan untuk mandi dan keramas di depan homestay...qiqiqi :)). Sebelumnya perlu diluruskan dulu, air tanah di P. Tidung rasanya payau. Makanya, air hujan yang rasanya tawar ini nggak pengen kami sia-siakan begitu aja...:D. Tapi sialnya, begitu kepala penuh dengan shampoo, tiba2 hujannya berganti rintik2...hagagagagg :)) perihhh... :))

Mandi ujan + keramas

Setelah mandi hujan, acara dilanjutkan dengan makan siang dan packing. Kemudian sekitar pkl 13.00 WIB, kami berpamitan pada Pak Rapi dan Bu Masinah. Hujan masih turun rintik2 saat kami bergegas menuju dermaga P. Tidung. Ternyata, siang itu dermaga P. Tidung sangat ramai... sepertinya semua orang yang berwisata di pulau tersebut pulang pada hari yang sama.

Tapi pemandangan dermaga tersebut ada yang berbeda dari biasanya. Pak Bus tampak dikerumuni orang2 yang sedang emosi. Ada apakah gerangan? Setelah gue mendekat, ternyata Kapal Raja Express yang seharusnya membawa kami pulang ke Muara Angke, telah dicarter oleh sebuah keluarga (50 orang) sehingga kapal tersebut kelebihan muatan (tamu Pak Bus yang menggunakan kapal tersebut berjumlah 150 orang-termasuk kami). Jika kapal kelebihan muatan, dikhawatirkan akan tenggelam. Gue dan teman2 yang tadinya udah berada di dalam kapal disuruh keluar lagi. Alhasil, perang mulut pun dimulai. Nggak usah diceritain kali ye berantemnya kaya gimana... :p

Singkat cerita, setelah tertunda selama kurang lebih setengah jam, kapal tersebut akhirnya mengangkut kami semua (200 orang). Dan perjalanan menuju Muara Angke kami tempuh dalam waktu 3,5 jam (lebih lama dari waktu berangkat). Tiba di Muara Angke sekitar pkl. 16.30 WIB. Dari Muara Angke kami patungan untuk carter angkot menuju Grogol. welcome back!


Dear my friends... tengkyu so much 4 everything U have done 2 this trip. It was very nice to travelled with U. Hope this friendship will be lasting forever...;)

Salam,
Ifa Abdoel

1 comment:

  1. Terima kasih banyak atas informasi yang sangat bermanfaat ini.

    ReplyDelete