"Just because you can't see it, doesn't mean it isn't there" - Laut bukan tempat sampah!

10/24/11

Three MbakGetir Lost In SaWaRna (part. 1)

Trip dadakan!...
Yup.. trip ke Sawarna ini memang pas banget kalo di sebut sebagai trip dadakan karena direncanakan secara mendadak dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya... Jakarta, 17 Agustus... lhoo... kok jd prambule UUD' 45 sihh... (-__-!)

Olrite... my story began at one day... about one and a half week before  September 17th,  2011.
"Peh... ke Sawarna yookks... gue lagi bete nih..." kata Arni.
"Sorry, gue gak bisa... lagi nabung nih alias pengetatan ikat pinggang," jawabku via whatsapp.
"Gue bayarin deh," tukas Arni.
"Hah? serius lo? mauuu..." jawabku cepat.

Berikutnya sudah bisa tebak, aku sibuk mencari-cari informasi tentang akomodasi dan bagaimana cara mencapai Sawarna dengan cepat dan tentu saja murah meriahhh... (^__^)
Alhamdulillah... dari kaskus aku mendapat cukup info, makasih yah kaskuser... (^__^)

Selanjutnya, aku menghubungi Tere dan mengajaknya untuk bergabung. Jadilah kami bertiga melakukan trip ini, (dalam trip kali ini aku memang sengaja tidak mengundang banyak peserta, mengingat misi utama trip ini adalah mencari ketenangan... ceileee... preetttt :p

Day 1, (17 September 2011)
Bogor - Sawarna Village

Sekitar pkl. 06.00 pagi, aku dan Arni meninggalkan rumah menuju St. Kereta Api. Oya, malam sebelumnya Arni sengaja menginap di tempatku untuk menghemat waktu.
Pagi itu kami berencana naik kereta paling pagi menuju Bogor. 

Teng.. teng.. teng.. teng... bunyi tanda kedatangan kereta terdengar saat kami baru turun dari angkot. Huuffftt... agak berlari-lari kecil kami menuju stasiun. Hoplaaa.... benar saja dugaanku, kereta menuju Bogor yang baru saja tiba di stasiun. Berlari cepat aku menuju loket dan membeli dua buah tiket KA.

Secepat kilat kami langsung berlari menuju peron dan naik ke dalam kereta. Alhamdulillah... right on time (^__^). Hanya dalam hitungan detik, kereta bergerak maju menuju St, Bogor. Butuh waktu sekitar 1,5 jam untuk tiba di Bogor. Sampai di Bogor, kami melanjutkan perjalanan menuju terminal bus.


di atas bus pun kudu narsis.. (^_^)


Lanjutttt... setelah makan siang di sebuah warung makan di depan terminal, kami bergegas menuju elf yang akan mengantar kami menuju desa Sawarna.

Sepanjang perjalanan menuju desa Sawarna, pantai-pantai yang kami lalui menjadi pemandangan yang terlalu cantik untuk diabaikan... Deburan ombak yang bergulung-gulung seperti siap menyapu siapa saja yang mendekat, jadi inget misteri Nyi Roro Kidul... hayyyahh... jadi ngayal wae euy...(-__-!)

Jalanan yang turun naik, berkelok-kelok... ditambah semilir angin yang masuk lewat jendela elf, membuat mataku berat. Aku pun tak sadarkan diri! (a.k.a. tidur) zzzz.... :p
Saat sadar, aku sudah berada di desa Sawarna... jrenggg... eng ing enggg...

Begitu turun dari angkot, seorang bapak-bapak menghampiriku dan berkata, "Mau ke Sawarna ya neng? Saya Pak Ade."
Wahhh... pas banget nih Pak Ade menyambut kedatangan kami.
(FYI: sebelumnya, aku memang menghubungi Pak Ade dan memesan sebuah kamar di penginapan Widi miliknya atas rekomendasi dari beberapa artikel di blog dan kaskus yang aku baca).

Setelah memperkenalkan diri, Pak Ade (dengan menggunakan motor) meninggalkan kami karena harus mengantar tamu yang lain menuju penginapan. Kami pun janjian akan bertemu di penginapan miliknya. Selanjutnya dengan berjalan kaki, kami melangkah masuk menuju Desa Sawarna.

entering sawarna village

Sebuah jembatan gantung yang membentang di atas sebuah sungai langsung menghadang perjalanan kami. Ternyata, jembatan gantung tersebut merupakan pintu masuk ke desa Sawarna, baiklah... *tapi narsis dulu yaks.. teuteup hihihi... (^__^)

ni die bentuk jembatan gantungnye... :p

kok meluk tiang neng? kaga ade cowok ye? hihihi... (^_^)

Jujur aja, walaupun jembatannya nggak serem... tapi ketika sepeda motor juga ikut naik dan meluncur di atas jembatan ini... hueeeee... ngeri kale cuyyy... (-__-!)
Bagaikan jemuran yang diterpa angin, jembatan kayu itu melambai-lambai diiringi bebunyian... krekkk... krekkk... krekkk... omigottt... Sutralah... lupakan saja kengerian itu sesaat... :O

Jalan setapak menuju desa Sawarna terlihat cukup bersih. Di sana sini banyak rumah warga sekitar yang disulap menjadi penginapan. Beberapa orang bule terlihat mondar mandir di jalan-jalan desa, seolah mengukuhkan bahwa desa ini telah menjadi salah satu tujuan wisata bagi para turis mancanegara... nice to see that... (^__^).  FYI: Desa Sawarna ini terletak di Kabupaten Lebak, Kecamatan Bayah, Provinsi Banten.

jalan setapak di desa Sawarna.

Akhirnya, kami tiba juga di penginapan Widi milik Pak Ade. Dengan ramah, Pak Ade meminta kami masuk ke dalam rumahnya. "Baik banget nih orang nyuruh kami masuk ke dalam rumahnya, bukannya langsung ke penginapan aja," begitu pikirku pada awalnya.

Ndelalahh... tiba-tiba Pak Ade mengatakan bahwa salah satu kamar yang ada di dalam rumahnya (rumah tempat ia dan keluarganya tinggal-red) yang akan menjadi tempat kami menginap! Hehhhh???? WTF??? (@_@)
"Kamar di penginapan udah penuh neng, jadi tinggal kamar yang ada di rumah saya ini aja, tapi tenang aja neng. Ini lagi dibersihin kok kamarnya," tutur Pak Ade kalem.

Aku terdiam, begitu pula Tere dan Arni. Terlihat oleh kami istri Pak Ade terburu-buru membenahi isi kamar yang keliatan acak-acakan itu. Baju-baju anak kecil tergantung di dinding, sprei yang berantakan... Ooomigott... ilfil dah gue... :'(

Bertiga kami duduk terpaku di ruang tamu Pak Ade.
"Guys... kalian mau pindah gak dari sini?" ucapku memecah keheningan.
"Mau Peh, mauuu... kita pindah aja yuk, cari yang lain," ucap Arni dan Tere serempak.

Kami pun berdiri, keluar dari dalam rumah. Aku berjalan menghampiri Pak Ade yang kebetulan sedang duduk di teras rumah.
"Maaf Pak, sepertinya kami nggak jadi nginep di tempat Bapak," tuturku sehalus mungkin.
"Bukannya apa-apa, tapi kami merasa nggak nyaman kalau harus nyampur dengan keluarga bapak. Lebih baik kami mencari penginapan lain," lanjutku sambil tersenyum. Di pikiranku terbayang beberapa penginapan yang 'layak' yang barusan kami lewati.

"Penginapan lain penuh neng... lagi wiken gini mah penuh semua. Nggak ada yang kosong," jawab Pak Ade cepat.
Entah kenapa aku tidak mempercayai kata-katanya. Aku tetap bersikukuh meninggalkan tempat itu.
"Ya udah, kalo eneng mau, tinggal di depan aja," katanya sambil menunjuk ke sebuah  rumah panggung yang terletak di depan rumahnya. Rumah panggung tersebut adalah penginapan yang juga milik Pak Ade dan terpisah dari rumah induk.

"Kenapa ga dari awal aja sih nawarinnya?" pikirku kesal. "Coba kalau dari awal kami diberikan tempat yang 'layak' pasti kami tidak akan pergi dari situ."
Karena udah kadung ilfil, kami tetap memutuskan untuk pergi meninggalkan penginapan milik Pak Ade. Entah karena perasaanku saja atau apa, wajah Pak Ade kelihatan tersinggung... sampe ga berani gue ngeliatnya (-__-!)

Untungnya, sebelum berangkat ke Sawarna, Tere sempat menghubungi penginapan lain yang ternyata penginapannya terletak persis di sebelah penginapan Widi milik Pak Ade!

Saat sedang menunggu Tere menghubungi penginapan yang lain, beberapa orang pria bersepeda motor mengerubungi kami seperti lalat. Kami dikepung!... (-__-!) Sambil memainkan gas pada motor, mereka sibuk menawarkan tempat untuk menginap. "Nginep di rumah saya aja neng, deket dari sini," teriak mereka berulang kali.

Omigottt... dalam hati aku cuma berharap agar mereka segera pergi. "Makasih pak, saya sudah hubungi penginapan lain. Katanya sebentar lagi dia datang ke sini," kata Tere sambil berusaha tersenyum. Untunglah "gerombolan lalat" itu mau pergi meninggalkan kami. Huuuffttt... legaaaa.... (^_^)

penginapan yang asri... (^_^)


Penginapan kami sangat asri... ada taman yang ditumbuhi rerumputan dan pohon-pohon akasia yang rindang. Di belakang penginapan tersedia gazebo dan dari situ kami bisa melihat hamparan sawah yang baru selesai di panen. Cozy banget cuyyy.... (^_^).

Buat kamu yang ingin bekpekeran ke Sawarna, bisa membeli buku travel Journey To Amazing Sites , Pengarang: Ifa Abdoel, Penerbit: Elex Media Komputindo - Gramedia group. Dalam buku tersebut terurai lengkap sarana transportasi, tip backpacking, akomodasi murmer di Sawarna. Tak hanya itu, buku tersebut juga memuat perjalanan wisata ke tempat-tempat eksotik lainnya di Indonesia ala bekpeker.

Usai meletakkan barang-barang dan berbincang-bincang dengan ibu pemilik penginapan tentang rencana kami hari itu dan esok, kami melangkah meninggalkan penginapan. Its time to visit pantai Ciantir... (^_^)

Pantai Ciantir

Pantai Ciantir letaknya tak jauh dari penginapan kami, hanya sekitar 200 m saja. Waktu sudah menunjukkan pkl. 16.00 WIB saat kami menjejakkan kaki di pantai itu. Pantai Ciantir memiliki gulungan ombak yang tinggi... tak heran jika pantai tersebut sangat cocok untuk mereka penggila olahraga surfing.

Buat yang tidak suka/tidak bisa surfing, kamu bisa bermain-main di atas pasir berwarna kecoklatan yang terhampar luas di sepanjang garis pantai... atau membasahi diri dengan asinnya air laut sambil berenang-renang di tepian pantai...  Tapi buat kami bertiga, cara memanjakan diri di pantai ini adalah narsis dan narsis... so... its narsis timeee... (^_^)





ini foto di atas lumut yang tumbuh di atas karang, bukan rumput yaks.. ^_^

Usai narsis di pantai Ciantir, kami bergerak menuju pantai Tanjung Layar. Waktu sudah menunjukkan pkl. 17.00 WIB. Hmmm... kelihatannya kami bakalan gagal untuk menikmati sunset di Tanjung Layar mengingat awan tebal yang menutupi langit.

menikmati sunset di pantai ciantir..

Untuk menuju pantai Tanjung Layar tidak terlalu sulit. Pasalnya, batu karang yang menjulang tinggi yang merupakan icon pantai Tanjung Layar bisa terlihat dari pantai Ciantir.

pantai Ciantir..

Sekitar pkl. 17.30 WIB kami tiba di pantai Tanjung Layar. Semburat sinar mentari mulai menghilang dari balik ufuk cakrawala, pertanda malam akan segera tiba...
Setelah narsis sebentar, kami bergegas kembali ke penginapan. Kami memang tidak ingin berlama-lama di pantai Tanjung Layar mengingat malam mulai menjelang...



me @ Tanjung Layar.. ^_^

Hanya dengan bantuan sinar rembulan (waktu itu pas bener lagi purnama :p) hati-hati kami menyusuri pantai. Kira-kira pkl. 19.00 WIB, kami tiba di penginapan... fiiuuhhh.... :D


Setelah membersihkan badan, kami berjalan kaki menuju rumah induk untuk menyantap makan malam. Sedari tadi ibu pemilik penginapan memang terus menghubungi kami dan menanyakan keberadaan kami, die khawatir kite pada nyasar cuyy... hihihihi... (^_^)

Rumah si ibu berada di luar desa Sawarna, jadi kami harus melewati jembatan gantung lagi dan siap-siap jantungan lagi... (-__-!)

Di rumahnya kami makan malam di teras belakang yang memiliki halaman luas. Makan malam hari itu adalah ikan layur goreng, ikan bumbu acar, lalapan, kerupuk, dan sambel yang pedesnya mantafff.... *buat kamu yang nggak doyan pedes, mendingan sedikit aja ngambil sambelnya, like me... :p

Setelah makan si ibu memberi kami sebuah mangga, mangganya manis bangetttt... sayang si Tere nggak bisa makan mangga, doi alergi mangga cuy! huahahaa.... kesian amat sih lo te... alergi kok sama mangga, hihihi... (^__^)

Tere yg cemberut sambil ngupas mangga,
btw, ngupas mangga aja udah bikin dia seneng lho... ;))

Sampai pkl. 22.00 WIB kami berada di rumah Bu Nenda, bercerita dan tertawa-tawa... Setelah itu, kami pamit untuk kembali ke penginapan... Rasanya hari itu lelah sekali, ingin cepat mencium bantal dan tidurrr... zzzzz.....

bersambung... Three MbakGetir Lost In SaWaRna (part. 2)


Salam,
Ifa Abdoel

No comments:

Post a Comment