"Just because you can't see it, doesn't mean it isn't there" - Laut bukan tempat sampah!

10/29/11

Three MbakGetir Lost In SaWaRna (part.2)

cerita sebelumnya: Three MbakGetir Lost In SaWaRna (part. 1)

Day 2, (18  September 2011)
Tanjung Layar - Goa Lalay - Bogor

Bunyi alarm HP membangunkan kami. "Hm... sudah jam 5 pagi," pikirku sambil melirik HP yang masih bergetar hebat dan mengeluarkan bunyi-bunyian yang memekakkan telinga (-__-!) *kenapa ya, gue selalu bete denger suara alarm pagi-pagi? :p*

Udara di pagi itu begitu dingin. Aneh memang... di pantai kok dingin yaks? (-__-!) Selimut yang sengaja kuambil dari kamar sebelah ternyata menjadi obat mujarab pengusir dingin di pagi itu. Alhasil udara dingin yang menyapaku tidak semeriah saat menyapa Tere dan Arni...(/^_^)/

Setelah sholat subuh, kami bergegas menyiapkan perbekalan dan peralatan yang akan kami bawa untuk hunting sunrise. Pagi itu kami memang sengaja hendak kembali mengunjungi pantai Tanjung Karang untuk menangkap semburat sinar mentari dalam layar kamera.

Udara segar langsung berjingkrak-jingkrak mengelilingi kami saat keluar dari penginapan... (^_^)
Jalanan tampak sepi... Hanya beberapa orang penduduk setempat yang berpapasan dengan kami.
Tanpa mempedulikan pemandangan sekitar, agak terbirit-birit kami menuju pantai Tanjung Karang... jalan ngepot cuyyy... (^_^)

Saat berada di tengah-tengah perjalanan semburat sinar mentari tampak di ujung bukit. Huuaaa... sepertinya kami harus menelan pil pahit. Awan yang tebal lagi-lagi hanya menyisakan sedikit deretan warna cahaya di pagi itu...

Sutralah... nggak dapet sunrise juga gapapa... yang penting narsis di pantai Tanjung Layar  is a must! dasarrrr... gilak potoooo... :p

Pantai Tanjung Layar - Karang Taraje

Sekitar pkl. 06.00 pagi, kami tiba di pantai Tanjung Layar. Tanpa dapat dibendung kami terus bergerak menuju ke sisi sebelah kanan pantai. Di tempat tersebut terdapat tebing karang yang panjang dan membuatku berdecak kagum... namanya Karang Taraje.

Betapa tidak, tebing karang tersebut menyerupai sebuah benteng pertahanan... warnanya yang hitam seolah menyiratkan adanya kekuatan penuh yang siap melindungi pantai dari terpaan gelombang dahsyat laut selatan..

Bergulung-gulung gelombang berdatangan dan terus menyerang tanpa henti... tetapi usaha penyerangan tersebut selalu gagal. Mereka pecah menjadi buih saat bersentuhan dengan benteng karang hitam... ckckck... amazinggg when u see this... :O

Sentuhan antara karang hitam dan gelombang yang menakjubkan...

Pagi itu tak hanya kami yang berada di tepian tebing, tapi ada juga tiga orang fotographer yang mengabadikan indahnya pertarungan antara karang hitam dan gulungan ombak laut selatan... (^__^)

Tanjung Layar...

Tanjung Layar  dan mentari pagi...

cacing laut penghuni pantai Tanjung Layar,
katanya cacing2 ini bs dimakan lho (-_-!)

Setelah menemukan posisi yang pas... narsis pun dimulai... hoorraayyy (/^_^)/

One of my fav. pic.. ^_^

Three MbakGetir...;))

Cara Three MbakGetir bersemedih..

Gaya Three MbakGetir saat mengeluarkan jurus mautnya..

Three MbakGetir looking 4 their prince charming.. ;))

Perlahan, matahari mulai menunjukkan keperkasaannya. Sinar terangnya mulai terasa panas, peluhku mulai bercucuran... Para gembel yang bersemayam di dalam lumbung perut mulai melancarkan demonstasi. Mereka meneriakkan yel yel... --->> laper... laper... laperrr... (-__-!)

Kami pun menyerah pada para demonstran dan beranjak meninggalkan tempat itu. Sebelum benar-benar pergi, beberapa kali aku menoleh ke belakang untuk sekedar melihat pertarungan antara karang hitam dan gulungan ombak laut selatan yang makin menggila.... :O

Jika kamu ingin bekpekeran ke Sawarna, bisa membeli buku Journey To Amazing Sites , Pengarang: Ifa Abdoel, Penerbit: Elex Media Komputindo - Gramedia group. dalam buku tersebut terurai lengkap panduan tips backpacking ke Sawarna, sarana akomodasi dan transportasi. Tak hanya itu, buku tersebut juga memuat perjalanan wisata ke tempat-tempat eksotik lainnya di Indonesia ala bekpeker.

Semakin siang sang ombak semakin menampakkan kegusarannya dengan terus mengirim gelombang ekstra tinggi dan ekstra keras untuk menghantam pertahanan karang hitam... Tapi sang karang tak bergeming. Ia tetap berdiri tegak... angkuh... dan siap memecah gelombang menjadi buih... whoooaaaa.... kerennnn bangetttt dah cuyyy... (/^_^)/

Saat perjalanan kembali ke penginapan,
ngeliat ada bule lagi surfing.. ^_^

Setibanya di penginapan kami langsung membersihkan badan dan kembali mengunjungi rumah si ibu untuk sarapan nasi goreng plus telur, *akhirnyaaa... aksi demo para gembel berhenti juga... (^_^)

Setelah makan kami bergerak mengunjungi Goa Lalay. Menurut info yang aku baca, Goa Lalay disebut juga sebagai Goa Kelelawar karena ada jutaan kelelawar yang menghuni goa ini.

Goa Lalay

Untuk menuju Goa Lalay kami harus melewati hamparan sawah, sempitnya jalanan di perkampungan, dan... jembatan gantung!... (-__-!)


Antri... Sebelum masuk ke dalam goa kami harus antri menunggu pengunjung lain yang ada di dalam goa keluar. Untungnya kami tidak perlu menunggu lama, selang 10 menit, giliran kami yang masuk ke dalam.

Saat di dalam aku baru menyadari bahwa air yang merendam permukaan Goa Lalay tidak alami (walaupun di dalam goa memang terdapat mata air). Pasalnya, pintu masuk goa di pagari atau dibendung, sehingga air yang berasal dari dalam goa tidak mengalir keluar. Menurut sang guide, air tersebut memang sengaja dibendung demi kepentingan pengairan sawah masyarakat sekitar. Jadi, aliran air diarahkan menuju pintu goa yang satunya lagi, yang langsung menuju area persawahan.
Oooo... begitu toh..

Wokeh... kami pun bergerak maju memasuki goa. Lantai goa yang beralaskan tanah liat cukup licin untuk dilewati, kami harus melangkah ekstra hati-hati dan perlahan agar tidak terpeleset...

manusia goa... ^_^

air di dalam goa hampir sebatas lutut..

Three MbakGetir tanpa lelah terus berpose.. ^_^

Setelah 500 m berjalan, kami menemukan dataran tanah liat yang super becek dan berlumpur. Setelah berpose sebentar di tempat itu, kami memutuskan untuk menuntaskan perjalanan ke dalam goa hingga di titik itu saja. Hawa sesak yang mulai kurasa membuatku tidak nyaman dan ingin segera keluar dari tempat itu... Untungnya Arni dan Tere memiliki pandangan yang sama denganku. Mereka juga mulai merasa tidak nyaman dan ingin segera keluar dari dalam goa... (-__-!)

Sesampainya di luar, kami pun meninggalkan tempat itu menuju Pantai Pulomanuk. Di beberapa titik (tak jauh dari mulut goa), aku melihat kebakaran kecil yang melanda semak-semak. Menurut sang guide, kebakaran tersebut merupakan hal biasa dan sering terjadi kala musim kemarau tiba. Hmm... jadi inget kebakaran hutan, pasti awalnya dari kebakaran kecil seperti ini... :O

Pantai Pulomanuk

Saat menuju pantai ini beberapa kali aku melihat monyet-monyet berkeliaran di pinggir jalan. Jadi teringat perkataan si ibu di penginapan tadi pagi, katanya hutan-hutan kecil di sepanjang pantai Pulomanuk memang merupakan habitat monyet-monyet liar. Hanya saja, keberadaan monyet-monyet tersebut saat ini sudah jarang terlihat karena pengunjung pantai yang semakin banyak yang 'mungkin' membuat para monyet merasa tidak aman, hhmm... classic problem in Indonesia area tourism... :O

nemu pemandangan cantik ini saat menuju Pantai Pulomanuk.. ^_^

Siang itu Pantai Pulomanuk tampak ramai oleh pengunjung. Hmm... terus terang aku langsung ilfil saat melihat suasana yang ramai... pada dasarnya aku lebih suka dengan suasana pantai yang sepi... beuhhh... lebay.com... :p

Teteup kudu narsis.. ^_^

Pantai Pulomanuk..

Ternyata Tere dan Arni juga merasakan hal yang sama. Kami tidak mau berlama-lama di tempat itu. Usai narsis sebentar, kami memutuskan untuk kembali ke penginapan. Waktu sudah menunjukkan pkl. 11.00 WIB.

Usai packing, kami bergerak menuju pertigaan jalan untuk menghadang elf. Saat menuju pertigaan jalan,  kami disuguhkan pemandangan yang agak lain. Tumpukan batubara tampak menghiasi bahu jalan.

Kecamatan Bayah memang terkenal sebagai salah satu tempat penambangan batubara. Batubara tersebut ditambang oleh para petani batubara dengan menggunakan peralatan yang sederhana.

batubara yang ditumpuk di pinggir jalan..

Oleh pengepul, batubara yang telah ditambang oleh petani diangkut dengan truk, kemudian dibawa ke lokasi penyimpanan sementara. Setelah terkumpul banyak, batubara tersebut disalurkan ke perusahaan yang bergerak di bidang migas.

Info dari wikipedia mengenai penambangan batubara di Kecamatan Bayah ini silahkan klik Bayah terkenal sebagai tempat penambangan batubara


Saat tiba di pertigaan, kami menunggu elf di sebuah saung. 15 menit... 30 menit... 45 menit... 55 menit... elf yang dinanti akhirnya sudi menampakkan dirinya (-__-!) Tapi begitu si elf berada tepat di depan kami, pemandangan yang kami lihat adalah kondisi di dalam elf yang penuh sesak, alias tidak ada lagi tempat untuk kami, hicks (-__-!)

Tapi dengan santainya sang kenek meminta pada para penumpang pria untuk pindah dan duduk di atap elf (agar kami bisa duduk di dalam), hehh?... feeling guilty pada awalnya, tapi perasaan itu kemudian hilang karena tampaknya duduk di atas elf merupakan hal yang sudah biasa bagi warga di sana... okelahkalobegetoo... :D

Perjalanan pulang kali ini tidak semulus pada saat berangcut... Duduk tepat di atas mesin mobil membuat bokong terasa hotttt...(-__-!) belum lagi sebelah kakiku harus rela nangkring di atas sebuah kotak, sementara kaki yang satunya lagi terjepit kaki ibu-ibu yang duduk di sebelahku... (-__-!)
Selama kurang lebih 1,5 jam aku menghadapi kondisi 'penyiksaan' tersebut dengan tabah... hicks!
bekpeker ga boleh ngeluh... bekpeker ga boleh ngeluh... bekpeker ga boleh ngeluhhh... (-__-!)

Singkat cerita, kami tiba di Jakarta sekitar pkl. 21 malam.

Welcome home...

One story has released... another story will come...  
nice to travel with you guys... ;)


Salam,

Ifa Abdoel

No comments:

Post a Comment