"Just because you can't see it, doesn't mean it isn't there" - Laut bukan tempat sampah!

7/2/12

Dari Diving Ke 'Katakan Cinta'


Cerita sebelumnya... Diving Di P. Biawak

Seperti kemarin, acara angkut mengangkut alat2 SCUBA pun kami lakukan pagi ini. Cuaca pagi ini tampak kurang bersahabat. Gulungan ombak terlihat lebih tinggi. Bagaikan kawanan Bison, gulungan ombak berlomba-lomba menanduk tiang-tiang dermaga dengan keras. Angin yang menerpa terasa menampar lebih kuat, mengacak-acak rambut dan pikiranku. Yesss... I am worry about the weather... (-_-*)

Terpikir olehku bagaimana perasaan teman-temanku yang akan melakukan dive discovery? Akankah mereka merasa save dengan kondisi cuaca yang seperti ini? Tapi begitu melihat Eko yang langsung nyemplung and doing snorkeling, perasaan khawatirku sedikit sirna. “Mereka berani...” batinku lega.

“Fa... jam tangan lo anti air ya?” tiba-tiba Mr. ItemSekali bertanya padaku.
“Iya, kenapa emangnya?”
Gue pinjem dong... Buat ngitung waktu, biar gampang,” katanya.
Hah??... Mr. ItemSekali sebagai dive guide kami, tidak dibekali jam tangan yang bisa dipakai untuk menghitung waktu penyelaman?? Ya ampun... (-_-!) Dengan wajah diliputi keheranan, kuberikan jam tanganku untuk dipinjam. 

2nd Dive

Persiapan penyelaman pun dimulai. Yang pertama turun adalah Rene dan Mr. Sotoy. Disusul dengan aku dan Mr. ItemSekali.  Kali ini arah penyelamannya ke sebelah kiri (kemarin di sebelah kanan-red). Elisabeth menolak untuk diving bersamaku hari itu. Ia merasa tidak nyaman dengan keadaan laut yang memang terlihat bergejolak... :O

Saat turun, aku disambit oleh visibility yang buruk. Lapisan clay yang menghuni dasar laut terangkat dan berlari-lari serabutan di antara cairan yang mengandung garam. Keadaan bawah laut di sisi sebelah kiri dermaga P. Biawak itu sendiri memang kurang bagus. Banyak karang mati di tempat ini. Hanya seekor nudibranch berwarna kuning ungu berukuran cukup besar yang menarik perhatianku.

Nudibranch.. cakep ya warnanya.. ^.^ (photo by. Rene)

Oya,  beberapa kali aku juga harus merasakan hentakan arus yang kuat mendorong tubuhku. Aku limbung... naik turun... berusaha mengatur bouyancy... dan gagal... (X_X) 
Tarikan arus benar-benar telah memperdayaku. Entah dari mana datangnya, tiba-tiba sapuan arus yang kuat mengangkat tubuhku dari dasar laut. Aku floating... (-_-*)

Berusaha keras aku mencapai posisi Mr. ItemSekali yang tidak jauh dari hadapanku. Saat berhasil kuraih bahunya dan berpegangan padanya, ternyata arus juga menghantam Mr. ItemSekali. Kami berdua pun floating ke atas tanpa bisa dicegah... Cepat sekali... (-_-!)

Saat kuberi kode turun pada Mr. ItemSekali, ia malah menarik tanganku dan menuntunku ke atas. Dalam hati aku berteriak, “Aku masih mau nyelemmm...” hicks! (-_-*)

Begitu sampai di permukaan, aku langsung memberondong Mr. ItemSekali dengan pertanyaan.
“Kok tadi lo floating juga mas? Kenapa? Tadi kan gue pegangan sama lo supaya gue nggak floating ke atas,” tanyaku.
“Nggak tau kenapa,” katanya sambil nyengir sante... jiaaaa.. (X_X)

Teman-teman yang lainpun terheran-heran dan bertanya padaku apa yang terjadi? Kenapa aku naik cepat sekali? “Aku floating...” cuma itu jawaban yang bisa kuberikan... :p

Log Book 2 (dermaga P. Biawak sisi sebalah kiri):
time in: 09.40 AM | time out: 09.55 AM
dive time: 15’
air in: 150 bar | air out: 100 bar
visibility: 3 m | depth: 20 m

Before & after diving.. ^_0 (photo. by Radith)

Diving & snorkeling part. 1.. (photo by. me, Elisabeth & Radith).

Kelar diving, aku melanjutkan kegiatan dengan snorkeling di sekitar dermaga. Dan ternyata, pemandangan bawah laut dermaga P. Biawak keren banget kalo dilihat dari atas... ^_^  Kebun karang yang menghuni dasar lautnya gede-gede bangetttt... Belum lagi kawanan ikan-ikan yang bergerombol, dengan warna-warninya yang genit, membentuk house reef yang mempesona... ^_^

Jika kamu ingin bekpekeran ke Pulau Biawak, bisa membeli buku Journey To Amazing Sites , Pengarang: Ifa Abdoel, Penerbit: Elex Media Komputindo - Gramedia group. Dalam buku tersebut terurai lengkap panduan tips backpacking ke P. Biawak, sarana akomodasi, dan transportasi. Tak hanya itu, buku tersebut juga memuat perjalanan wisata ke tempat-tempat eksotik lainnya di Indonesia ala bekpeker.

Bawah laut P. Biawak. (photo by. Rene)

Tabungnya Mana??

Kembali ke diving...  Hal yang sama seperti kemarin kembali terulang. Teman-temanku yang hendak melakukan dive discovery harus menelan pil pahit lagi, memakai tabung sisa! (-_-*)

Gue malah nggak turun sama sekali fa, gue ga kebagian tabung!” tutur Eko kesal, hadeehhh... (-_-*)
“Padahal gue pengen nyelem supaya punya dokumentasi foto. Masa jauh-jauh kesini gue ga ada dokumentasi foto bawah air?” tambah Eko lagi.

Padahal, sebelumnya Eko memang telah memesan pada Mr. Sotoy agar pada kegiatan diving pagi itu, ia diijinkan untuk meminjam kamera underwater milik Mr. Sotoy. Ia ingin memiliki dokumentasi foto bawah air (sebagai bukti/kenang-kenangan). Tapi ternyata, kamera underwater tersebut kembali dibawa oleh Mr. Sotoy yang saat itu sedang diving bersama Rene.

“Rene kan udah bawa kamera underwater sendiri, ngapain juga sih si Mr. Sotoy bawa kamera juga? Mubazir kan dua-duanya bawa kamera? Sementara kita nggak ada dokumentasi sama sekali,” timpal Glend kesal.

Sama seperti Eko, Glend juga tidak melakukan diving saat itu.
“Gue juga nggak kebagian tabung!” rutuk Glend.

Diving & snorkeling part. 2.. (photo by: Radith)

Radith dan Budi pun pada saat itu tidak turun. Entah apa penyebabnya, apakah tabung yang juga tidak kebagian? Atau memang tidak siap dengan kondisi laut yang bergelombang tinggi...

Sementara Hilwa, saat itu turun dengan tabung yang masih utuh. Namun, karena visibility sangat keruh ia pun tidak lama berada di dalam air. Sayang Hilwa tidak ingat berapa lama ia berada di dalam air.

Selanjutnya Phutut yang menjelajah bawah air. Aku tidak tahu persis berapa lama dan siapa buddy yang menemani Phutut.

Usai diving, aku sempat bercakap-cakap dengan dive guide kami, Mr. ItemSekali. Iseng aku bertanya lisence dive yang ia miliki. 
“License gue advance open water, A2,” katanya kalem... glekkk... (-_-*)

Aku sempat terkejut dengan jawabannya. Karena seingatku, dive guide yang membawa peserta untuk melakukan dive discovery harusnya bersertifikat minimal Dive Master (DM), baca: Dive Discovery & Pengenalan Olahraga Diving

Tapi lagi-lagi... aku mengabaikan kenyataan aneh itu. Masih aja positif thinking... padahal udah diboongin berkali-kali, hicks! (-_-*)

“Katakan Cinta”

Kelar diving, kami kembali ke darat untuk makan siang. Kali ini kami memilih makan di bawah pohon cery yang rindang.  Persis di depanku Mr. ItemSekali sedang mengisi tabung dengan kompresor. Rene terlihat menghampiri kompresor dan memeriksanya. Setelah itu Rene duduk tak jauh dari hadapanku. Sesi curhatpun dimulai.

Rene mengeluh tentang Mr. Sotoy. Ia merasa tidak nyaman ber-buddy dengan Mr. Sotoy. Katanya, Mr. Sotoy tidak mengerti dengan tanda-tanda/kode bawah air yang ia utarakan saat diving tadi pagi dan kemarin.

“Underwater code is universal. Every diver in this world, knows it. Everywhere, it’s the same codes. But he doesn’t understand,” keluh Rene.

Rene pun meminta padaku agar mau menjadi buddy-nya. Ia tidak ingin ber-buddy lagi dengan Mr. Sotoy. Hah?... Aku langsung sumringah saat Rene minta aku jadi buddy-nya. Secara, dia kan jago diving, aman deh gue hihihihi... (/^o^)/

Tabung yang sedang diisi. (photo by. Elisabeth & Phutut)

Tak hanya itu, Rene juga berbisik padaku, ia tahu misteri tabung yang tidak bisa terisi penuh itu. Katanya, pada saat pengisian, angka pada kompresor tidak dimulai dari angka nol, melainkan dimulai pada angka 20. Rene pun kembali meyakinkanku bahwa tidak ada misteri di P. Biawak... (-_-*)

Setelah makan siang, rencananya Mr. Sotoy akan mengajak kami diving di sisi sebelah barat P. Biawak. Namun, karena ombak di laut begitu tinggi, kapal tidak bisa merapat. Jadi, perjalanan ke sisi sebelah barat P. Biawak pun ditunda. Kami harus menunggu sampai kondisi laut lebih tenang.

Sambil menunggu kondusifnya kondisi laut, kami membantu Phutut yang saat itu hendak melakukan misi penyelaman “Katakan Cinta”... hihihi... ;))
Yuppp... dalam rangka ‘menembak’ pujaan hatinya, Phutut niat banget bikin foto underwater sambil nyelem dan memegang kertas karton tulisan ‘I Love U’. Kontan saja niatnya tersebut mendapat applous heboh dari kami... Good jobbb Phututtt... \(^o^)/

“Tapi tulisan I Love U-nya jangan di karton dong... kalo kena aer kan kartonnya bisa ancur...” teriak kami ke Phutut.
Phutut pun setuju untuk mengganti material dari karton ke spons. Adalah Mrs. Sotoy yang mengukir kata-kata ‘I Love U’ di atas spons berwarna pink. 

Phutut & 'Katakan Cinta'.. (^_^) - photo by. Radith.

Setelah semuanya siap, bersama Mr. Sotoy, Phutut kembali menyelam di dermaga untuk sesi pemotretan... Good luck Phutut.. (^_^).
Kami yang melihat karton bertuliskan ‘I Love U’ jadi mupeng... ;)) kami pun bergantian narsis dengan karton tersebut... hihihihi... ga mo kalah sama Phutut... (^_^)

Mupeng... ^_^ (photo by. me, Phutut, & Elisabeth)

Tersangka.. hihihi..:))

Mangrove

Setelah sesi pemotretan, kami tidak tahu mau melakukan kegiatan apa lagi. Kondisi laut tak kunjung tenang. Mrs. Sotoy pun tak bisa memberi solusi. Akhirnya kami memutuskan untuk berkeliling pulau. Kata Pak Manto, untuk mengelilingi P. Biawak hanya butuh waktu 4 jam! Widiihh... beneran apa boongan tuh Pak? :p

Perjalanan kami mulai dari sisi kiri pulau, lewat jalur pantai... Seperti yang kukatakan sebelumnya, P. Biawak tidak memiliki pantai yang landai. Pantai hanya terdapat di dermaga dan sisi sebelah barat pulau (itupun pantainya kecil). Selebihnya, P. Biawak ditutupi oleh pohon magrove yang sangat rapat... keren deh mangrove-nya... (^_^)

Mangrove yang tumbuh subur di P. Biawak

Menurut Pak Manto, dulu pohon Mangrove yang tumbuh di P. Biawak tidak serimbun saat ini. Para nelayan sering kedapatan menebang Mangrove untuk dijadikan kayu bakar. Melihat hal tersebut, Pak Manto amat gusar. Ia pun menjaga ketat P. Biawak dari serangan para nelayan dan menindak tegas mereka-mereka yang melakukan penebangan Mangrove ataupun memburu/membunuh satwa Biawak. 


Narsis diantara rimbunnya Mangrove.. ^.^


Susur pantai... ^.^

Tak hanya itu, Pak Manto juga aktif menanami pesisir P. Biawak dengan Mangrove. Hasilnya... Mangrove dan Biawak tumbuh berdampingan di tempat ini, begitu hijau dan indahhh... (^_^)

Baru saja kami  menyusuri jalur pantai sejauh 100m, kami memutuskan untuk kembali. Rasanya tidak yakin kami dapat mengelilingi P. Biawak dalam waktu 4 jam :p
Akhirnya, kami menghabiskan waktu di dekat dermaga sambil narsis... #Nggak berani masuk ke hutan... serem cuyy... pohonnya rapet banget...:p#

Di deket dermaga..



Gbr. atas: Ubur-ubur di pinggir pantai.. ^.^
Gbr. bawah: Bangunan yang dulunya dipergunakan sebagai tempat 
penangkaran Biawak, tapi kini sudah tidak terurus/rusak.. :O

Di P. Biawak banyakkkkk sekali sampahhh... :O

Sekitar pkl. 14 aku melihat Mr. Sotoy berjalan ke arah kami sendirian. Rupanya ia sudah selesai mengawal Phutut membuat foto ‘Katakan Cinta’. Tapi Phutut-nya mana? Kok dia cuma sendirian? Belakangan aku tahu dari Eko bahwa Phutut mengalami masalah pada kakinya usai menyelam bersama Mr. Sotoy.

Ternyata, posisi Mr. Sotoy dan Phutut saat naik ke permukaan, jauuhhh sekali dari dermaga. 
(Hal ini pula yang dikeluhkan Rene. Menurut Rene, Mr. Sotoy tidak bisa memperkirakan jarak yang ditempuh saat melakukan penyelaman dengan sisa udara pada tabung. Alhasil, saat udara pada tabung habis, jarak mereka dengan dermaga jauuuhhh sekali... :O).

Dengan demikian, keduanya harus mengeluarkan tenaga ekstra untuk mencapai dermaga. Saat itulah Phutut mengalami kram pada kakinya. Ia berteriak minta tolong pada Mr. Sotoy tapi tidak terdengar... atau pura-pura tidak mendengar? :p

Eko dan teman-teman  yang memperhatikan mereka dari dermaga merasa heran. Kenapa Phutut tidak kunjung sampai ke tepi dermaga? Mereka hanya melihat Mr. Sotoy tiba duluan di dermaga, meninggalkan Phutut yang ternyata sedang berjuang keras mengatasi rasa sakit pada kakinya.

Begitu agak mendekati dermaga, Phutut kembali berteriak sekuat tenaga meminta pertolongan. Pada saat itulah Eko mendengar teriakannya. Ia pun segera menolong Phutut yang sudah kepayahan. Setelah proses evakuasi selesai, Phutut mengeluhkan divingnya saat itu. Ia kecewa dengan ucapan Mr. Sotoy kepada dirinya. 
“Kalau mau celaka jangan deket-deket gue dong,” begitu kata Mr. Sotoy pada Phutut. Hastagaahhh... (-_-*)

Entah bermaksud serius atau bercanda... Sungguh ucapan tersebut tidak pantas diutarakan oleh seorang dive guide yang memang tugasnya membantu para peserta diving... (X_X)

Pantes aja setelah melakukan penyelaman tersebut, Phutut menyendiri di dermaga. Ia tidak bergabung dengan kami yang bergerombol di pantai. Aku sempat merasa bingung, tapi kini aku mengerti... :O

Sekitar pkl 15.30 laut mulai terlihat tenang. Mr. Sotoy pun memberi aba-aba agar kami bersiap-siap untuk berangkat menuju sisi barat P. Biawak. 


Salam
Ifa Abdoel

2 comments:

  1. Ngikutin cerita di p.biawak ini dan merasa gregetan bgt dgn si Mr.Sotoy!!! Grrrrrr...

    ReplyDelete