"Just because you can't see it, doesn't mean it isn't there" - Laut bukan tempat sampah!

11/26/14

Negara-negara yang bisa dikunjungi dengan Paspor Indonesia (tanpa Visa/Visa On Arrival)

Mo jalan-jalan ke luar negeri tapi ga mau repot-repot ngurus visa? Cari aja negara yang bebas visa atau Visa On Arrival bagi Warga Negara Indonesia.

Nah, berikut informasi negara-negara yang membebaskan visa atau memberlakukan Visa On Arrival (VOA) bagi warga Indonesia. Informasi ini aku peroleh dari millis backpackerdunia dan beberapa sumber lainnya. Mudah-mudahan bermanfaat ...;)


Bandara Internasional Soekarno Hatta, Jakarta

Negara-negara yang membebaskan Visa masuk/Visa On Arrival bagi pemegang Paspor Indonesia diantaranya adalah:


ASEAN

  • Brunei : 14 days - Free Visa.

  • Cambodia : 30 days - Free Visa

  • Malaysia : 30 days - Free Visa.

10/6/14

Cara Ke Kampung Naga Ala Backpacker

cerita sebelumnya Kampung Naga, Tradisi Di Antara Modernisasi

Dengan wajah sayu menahan kantuk, aku menjejakkan kaki di atas pelataran Terminal Bus Kampung Rambutan, Jakarta. Waktu masih menunjukkan pkl. 06.10 pagi. Seorang petugas dengan seragam Dinas Perhubungan langsung mencegat langkahku dan memintaku untuk membayar tiket masuk terminal bus antar kota sebesar serebu rupiah *beuhh..*
(Btw, jangan lupa meminta bukti karcis tiket masuk ke dalam terminal antar kota yak, soalnya petugas kadang pura-pura lupa ngasih, uangnya masuk kantong pribadinya deh.. #Modus :p)

Fitri, teman seperjalananku tiba 15 menit kemudian. Hari itu kami hendak mengunjungi Kampung Naga , sebuah kampung yang berlokasi di Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, yang masih bertahan dengan tradisi dan adat istiadat leluhurnya di tengah-tengah gempuran arus modernisasi.

Untuk menuju Kampung Naga kami menggunakan bus AC Karunia Bhakti tujuan Jakarta - Garut - Singaparna. Harga tiket bus yang harus dibayar Rp. 50 rebu/orang *beuhh..*
Biasanya bus jurusan tersebut berangkat tiap satu jam sekali. Jadi ga heran kalo kami harus menunggu kurang lebih 1 jam sampai akhirnya bus bergerak keluar dari Terminal Bus Kampung Rambutan.. (-_-!)

Selfie di dalam bus.. ^^

Sekitar pk. 07.30 pagi, bus mulai melintasi jalan raya, masuk gerbang tol dan wuzzz.. melesat meninggalkan Jakarta. Pemandangan khas pedesaan mulai menghias jendela saat bus menggelinding memasuki area luar Jakarta. Hamparan sawah, ladang sayuran, deretan bukit biru yang menjulang tinggi, jurang, hutan-hutan kecil, dan sungai-sungai dengan bebatuan cadasnya, jadi panorama yang membuai mata.

10/4/14

Kampung Naga, Tradisi Di Antara Modernisasi

Untuk sesaat aku tercenung melihat pemandangan tak lazim di hadapanku. Dari jarak setengah kilometer di atas sebuah bukit, aku bisa melihat deretan atap rumah berbentuk jajaran genjang yang tersusun rapih. Atap-atap rumah yang terbuat dari ijuk berwarna hitam tersebut seperti sengaja disusun berundak-undak mengikuti kontur tanah yang tidak rata. Indah sekali..

---

flash back..

Sabtu (13 September 2014)

"Naga.. naga.. naga..," teriak kernet bus pada penumpang.
Aku yang sedang berbicara dengan Fitri langsung siaga mendengar ucapan sang kernet. Tujuan kami sudah dekat. Tanpa babibu lagi, kami bergegas bangkit dari kursi dan melangkah menuju pintu keluar. Bus masih berjalan. Lima menit kemudian, bus berhenti di sebuah tikungan.

Kuamati sebuah gapura tinggi tanpa papan nama. Rasa ragu menyerang, "Apa iya ini Kampung Naga? kok nggak ada papan namanya?" tanyaku dalam hati.
Pada seorang tukang bakso yang mangkal tak jauh dari gapura aku bertanya. "Iya Neng, ini Kampung Naga, masuk aja ke dalem," ujar si bapak tukang bakso sambil menunjuk pada jalan di hadapanku.

Tiba-tiba sebuah suara memanggil namaku. Fitri berdiri di tepi jalan raya sambil menunjuk pada sebuah papan nama bertuliskan "Kampung Naga" yang terletak persis di seberang jalan.
Lha.. papan namanya jauh beut dari pintu masuk, kecil pulak, kaga keliatan euy.. :p

Gerbang masuk Kampung Naga

9/26/14

My Book: Journey To Amazing Sites

My Travel Book "Journey To Amazing Sites

Tersedia di Toko Buku Gramedia and can be order via Online..!

Selain versi cetak buku,  juga tersedia versi e-book untuk tablet, mobile phone, or computer..



Buat kamu yang mau jalan-jalan ala bekpeker ke tempat-tempat eksotis seperti: masuk ke dalam perut bumi Goa Jomblang dan melihat cahaya surga di Goa Grubug, rasakan sensasi cave tubing di Goa Kalisuci, diving atau belajar menyelam di kedalaman laut Pulau Genteng Kecil dan Pulau Tongkeng, susuri Pulau Tidung dan Pantai Sawarna, melihat proses penyu bertelur di Ujung Genteng, bercengkrama dengan rusa liar di Ujung Kulon, berpetualang di Pulau Biawak, mendaki Gunung Anak Krakatau, hingga Tour De Candi (tur keliling candi ala bekpeker mulai dari dataran tinggi Dieng yang dingin, lanjut ke Borobudur, Selo Griyo, Prambanan, hingga Ratu Boko), buku ini layak untuk dijadikan panduan dan menemani kamu berkeliling.

Semua lengkap tersaji, mulai dari akomodasi, sarana transportasi, pengalaman pribadi penulis, dan tips backpacking (juga tips untuk para ladies yang ingin solo bekpekeran) yang tentu saja irit anggaran...

So.. tunggu apa lagi? segera dapatkan di Toko Buku Gramedia terdekat di kota kamu.. ^_^

see you on next trip.. ;)

Harga: Rp. 46.800; (buku)
           Rp. 39.000; (e-book)
Halaman: 336
Penerbit: Elex Media Komputindo

*di beberapa online book shop, ada diskon hingga 20%

For Online Order Please visit:

1. www.elexmedia.co.id


2. e-book -->  www.gramediana.COM

7/14/14

Mistisnya Situs Megalith - Gunung Padang

Pikiranku pun melayang membayangkan saat malam hari tiba, tepatnya pada malam jumat kliwon. Bukit kecil yang biasanya gelap gulita ini akan bercahaya akibat kilatan-kilatan sinar yang keluar dari senter maupun alat penerang lainnya.

Suara gemerisik angin yang beradu dengan dahan-dahan pepohonan akan menyatu dengan dengungan doa-doa yang dilafaskan para peziarah yang membentuk kelompok maupun individual. 

Pada akhirnya.. bukit kecil ini akan menjadi saksi bisu atas berbagai permintaan dari orang-orang yang tak percaya bahwa hanya kepada Allah SWT semata, manusia seharusnya meminta.
Begidik aku membayangkannya...

(flash back)

cerita sebelumnya ... Misteri Terowongan Lampegan

Usai mengambil foto di depan Stasiun Lampegan, kami segera menghampiri ojekers yang dari tadi setia menunggu. Setelah melakukan penawaran yang cukup alot, tercapailah kesepakatan harga Rp 40 rebu untuk tarif PP Stasiun Lampegan - Gunung Padang.
(Belakangan, setelah melalui jalan panjang yang turun naik dan penuh liku, harga ojek 40 rebu kok terlalu murah yaks.. akhirnya kami sepakat untuk memberikan tambahan, jadi ojeknya Rp 50 rebu PP.. *beuhh*. Tapi asli cuyy.. lokasi situsnya jauh beutt...:p).

Situs Megalith Gunung Padang

Motor yang dikendarai ojekers pun melaju kencang di jalan yang berliku. Sesekali motor yang membawaku tampak kualahan saat mendaki tanjakan yang cukup curam. Untungnya sang ojekers udah terlatih dengan medan seperti ini, eaaa...:p

Di sepanjang jalan, hamparan kebun teh yang berdampingan dengan kebun karet seolah menyatu dengan gelombang bukit-bukit kecil di sekelilingnya yang membuat suasana perjalanan menuju Situs Megalith Gunung Padang jadi menyenangkan, teduhh bangettt.. ^_^

Jalanan ke Situs Megalith Gunung Padang beraspal, mulusss..

7/5/14

Meme Comic Line - II

Gara-gara keranjingan bikin meme, tanganku syusyah bingits berhenti megang hp kalo lagi punya meme's idea hehehe..

Kalo Meme Comic Line I  temanya seputar Ramadhan, yang kedua ini lebih bebas..

Moga-moga tetep seru yaks.. don't forget to give me your smile.. ^_^
please enjoy.. :)

So sweet

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

6/30/14

Misteri Terowongan Lampegan

Sejenak aku tertegun menatap undakan-undakan batu berbentuk persegi panjang yang berserak dihadapanku. Sambil berusaha mengatur nafas yang masih tersengal-sengal, kupaksakan diri untuk memandang setiap sudut bukit kecil yang dilantainya tumbuh rerumputan hijau.

Samar.. tapi masih bisa kulihat selimut kabut tipis berpendar di tiap tiap inci batu-batu berwarna abu-abu kehitaman yang di beberapa sisinya berbercak putih tak beraturan. Pandanganku beralih menatap langit biru yang mencorongkan teriknya sinar matahari. "Sudah tengah hari, tapi halimun enggan pergi," batinku berbisik..

------
(flash back)
Sabtu, 14 Juni 2014

Stasiun Bogor Paledang

Aku dan Ika melangkah ringan keluar dari Stasiun Bogor, menyebrangi jalan raya yang penuh dengan lalu lalang kendaraan dan akhirnya tiba di Stasiun Bogor Paledang. Hari itu kami berencana pergi ke Situs Megalith - Gunung Padang, Cianjur.

Rute yang kami ambil untuk perjalanan ini adalah Bogor - Sukabumi - Cianjur, dengan menggunakan jasa angkutan Kereta Api. Stasiun Bogor Paledang itu sendiri adalah stasiun kereta yang melayani rute Bogor - Sukabumi. Letaknya persis di depan Stasiun Bogor.

Stasiun Bogor Paledang.

6/28/14

Meme Comic Line - I

Bulan puasa tahun ini tiba-tiba punya ide bikin meme comic. Untuk agan dan aganwati para kaskuser, pasti udah paham beutt.. karena meme ini sering banget muncul di kaskus. Definisi sebenarnya meme itu sendiri bisa di klik di wikipedia.org

Nah, di sini aku nggak menggunakan karakter meme yang udah ngetop such as Troll Face, Close Enough, LOL Face, Bitch Please, dll, tapi aku mo pake karakter di Line. Jadi, yang aku buat ini komik dengan menggunakan karakter Line.

Well.. ini iseng aja sih, bukan iklan juga loh, dari pada dibuang.. sayang kan.. ;)

please cekidottt...

Marhaban ya Ramadhan..

6/4/14

Jakarta Punya Hutan Mangrove?

Kebanyakan masyarakat yang tinggal di Jakarta membawa keluarga (terutama anak-anaknya) jalan-jalan ke mall atau pusat perbelanjaan saat weekend tiba. Sepertinya mall sudah dijadikan tempat wisata 'wajib' kunjung bagi keluarga saat menghabiskan libur akhir pekan. 
Padahal selain mall, masih banyak objek wisata di Jakarta yang menarik, indah, tidak perlu mengeluarkan biaya mahal, dan memiliki nilai edukasi yang bisa menambah ilmu pengetahuan anak-anak maupun diri kita sendiri. 
Ga percaya??

Coba deh datang ke Hutan Mangrove di kawasan Pantai Indah Kapuk (PIK). Ada banyak hal yang bisa kamu lakukan di salah satu kawasan konservasi mangrove di Jakarta ini. 
Eh.. eh.. ntar dulu, emangnya Jakarta punya hutan mangrove?

Yup.. tak hanya diisi oleh hutan beton, Jakarta juga memiliki hutan mangrove lho.. namanya Taman Wisata Alam (TWA) Angke Kapuk. 
Terletak di Utara Jakarta, hutan mangrove ini tumbuh, dan bertahan di tengah himpitan hutan beton dan perumahan mewah PIK..

Mau tau lebih lengkapnya? baca cerita aku saat berkunjung ke hutan mangrove ini yuks.. (^_^) 

Sabtu, 15 Mei 2014

Terengah-engah aku berlari menuruni tangga halte busway demi mengejar sebuah bus gandeng berwarna merah kuning yang sedang menaikkan dan menurunkan penumpang. Seorang petugas di dalam busway hanya melambaikan tangannya padaku saat pintu bus tertutup dan bus melaju kembali. Huh! Aku terlambat mengejar busway tujuan Pinang Ranti tersebut.

Tak lama kemudian, sebuah bus BKTB dengan warna birunya yang mencolok berhenti dihadapanku. “Grogol – Cibinong,” ucapku dalam hati membaca huruf yang tertera di atas bus. Iseng aku menjelajah isi bus yang dihuni oleh beberapa penumpang. Senyum tersungging di bibirku saat melihat Fitri tertidur lelap di salah satu kursi bus itu.

Fitri adalah salah satu teman yang dengannya aku akan mengunjungi TWA Angke Kapuk. Itu berarti aku tidak perlu menunggu lama untuk berkumpul dengan mereka. Benar saja, setelah busway yang mengangkutku tiba di Halte Penjaringan, Fitri sudah duduk manis menunggu kedatanganku. Hmm... Sari tidak tampak disitu. Ia muncul setelah hampir 45 menit kemudian! (itu anak emang sering banget  ngaret.. (-_-*)).

Setelah kami berkumpul, perjalanan dilanjutkan dengan naik angkot merah B01 tujuan Muara Angke dan turun di depan pizza hut muara karang (atau tempat angkot U11 ngetem). Ongkos angkot yang harus kami bayar Rp 3 rebu *beuhh..*

Dari situ, perjalanan menuju hutan mangrove dilanjutkan dengan naik angkot merah U11 dan turun di depan Yayasan Buddha Tzu Chi. Ongkos angkotnya Rp 4 rebu *beuhh..*

Nahhh... pas di depan Yayasan Budha Tzu Chi itulah aku baru ngeh bahwa untuk menuju hutan mangrove ternyata bisa menggunakan bus BKTB (Bus Kota Terintegrasi Busway) warna merah kuning, tujuan Monas – Pantai Indah Kapuk. Pasalnya di depan Yayasan Buddha Tzu Chi bertengger sebuah marka jalan bertuliskan "Bus Kota Terintegrasi Busway" berikut gambar bus.

FYI: Untuk menggunakan jasa bus BKTB ini, kamu bisa naik dari halte busway Monas atau halte busway Penjaringan. Turunnya di depan Yayasan Buddha Tzu Chi. Naik BKTB lebih mudah, murah, nyaman dan ber AC pulak hehehe... Tarifnya Rp 6 rebu saja.. *beuhh..*


Di depan Yayasan Buddha Tzu Chi


5/30/14

Pemandian Air Panas Toya Bungkah - Kintamani


It is all about fun..
It is all about being a part of family.. 
It is all about us.. ^_^   (Kintamani - Bali, 24 Maret 2014)

Family Trip

Mo liburan ke Bali bareng orangtua? why not?
Ada banyak tempat di Bali yang bisa dijadikan alternatif liburan bareng orangtua yang bisa kamu lirik. Salah satunya adalah Pemandian Air Panas Toya Bungkah - Kintamani. 
----

Pagi itu cuaca di Kuta begitu cerah. Aku dan keponakanku, Ina, menyempatkan diri untuk berenang sejenak di kolam renang hotel tempat kami menginap. Air kolam yang segar dan menghangat akibat sinar mentari, langsung membasahi ragaku yang bergerak perlahan mengelilingi kolam yang ukurannya tidak terlalu besar itu. Selama sekitar setengah jam aku dan Ina bermain-main di kolam renang sampai waktu menunjukkan pkl. 10 pagi.

renang doeloe.. ^_^

Usai bilas dan berganti pakaian, kami pun bersiap-siap di lobby hotel, menunggu sepupuku dan suaminya yang akan menjemput kami. Hari itu kami akan berwisata ke Pemandian Air Panas Alami (Batur Natural Hot Spring) di Kintamani atau disebut juga Pemandian Air Panas Toya Bungkah.

5/9/14

The Grand Palace - Bangkok


previous story ... Shopping Area Around Bangkok


Day 6, Sunday, 08 Dec' 2013

It was 8 PM when left hostel. That day I want to go to Grand Palace by foot, but I got lost!
I walked against the way to Royal Palace and stranded again at Democracy Monument.. (-_-*)
When I was walking at the roadside, suddenly people who did demonstrations woke up from their chairs, stood, and sang a song (I didn't know what song it was, I assumed it was national anthem).

Then I got panic when I saw that, but tried to be calm down. I have bad experience with this situation when I was in Ayutthaya. So, I didn't want to do the same mistake. I stopped walking, stood behind an old man, and quite. I didn't want to take any risks if I continued walking, cos they will be angry and thinking why as a Thai I am not polite? It is because my face looks like Thai, heiizz... :p

I kept silent behind an old man, until everyone stopped singing and sat again. After that, I continued my journey.

For 24 hours everyday, demonstrans do demonstration at Democracy Monument..  :O

A park near The Grand Palace.

5/7/14

Hari Libur Nasional 2015

Halow...
Yang mo liburan tahun depan (2015), buruan hunting tiket promo dari sekarang.
Tapi belom tau jadwal libur tahun 2015?
Nih, aku kasih bocorannya ;)

Berikut daftar hari libur 2015:
1. Kamis, 1 Januari (Tahun Baru 2015). 
2. Sabtu, 3 Januari (Maulid Nabi Muhammad SAW).
3. Kamis, 19 Februari (Tahun Baru Imlek 2566 Kongzili).
4. Sabtu, 21 Maret (Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1937).
5. Jumat, 3 April (Wafat Yesus Kristus).
6. Jumat, 1 Mei (Hari Buruh Internasional).

Ujung Genteng team :D

4/29/14

Shopping Area Around Bangkok

previous story.. Amazing Tiger Temple - Kanchanaburi


From Tiger Temple, we rode back to River Kwai Bridge. Our guide said that we have to change the car, what? geezzz...
We stopped right in front of gem market, I guessed this was his trick so we go for shopping gems. There were so many gem shops that selling various colours and shapes of gems here.. :p

Gem Market, near River Kwai Bridge and Jeath War Museum

This gem market is not far from River Kwai Bridge, about 200 m, and also close to Jeath War Museum. Yupp.. Jeath War Museum was next to me and I did not relize it until I saw an old train in front of the museum.. ;))

In front of Jeath War Museum.

4/4/14

Amazing Tiger Temple - Kanchanaburi

previous story... Wat Arun & Asiatique Night Market


Day 4, Friday 06 Dec' 2013

Early in the next morning I left hostel and walked along Khaosan Road and arrived at Ratchadamnoen Road. As you know, Khaosan, Rambutri, and Ratchadamnoen Road are near each other. At those roads, we can find alot of small alleys that filled by hostel or guesthouse. These hostels mostly are cheap, starting from 100 bath for dormitory room and 150 bath for a single room.

At Ratchadamnoen area, I found CH. 2 Guesthouse. This guesthouse has 4 floors. I have to pay 150 bath/night for single room. Single room is on 4th floor, and... it was quite tiring to go to 4th floor.. (-_-*)
Only a bed and a fan at the top of the roof  that I saw in this single room. The bathroom is outside. I have to use sharing bathroom with other guests. But that was okay, cos the bathrooms are clean. I decided to move here 'cos I can save enough money if I stayed here.. :D

Afterwards I went back to hostel that I stayed before, to checkout and moved to CH. 2 Guesthouse. After I paid for one night, I put my backpack at my room and went out. It was a lovely morning. Sunshine was shining brightly.

Khaosan Road area and pink cabs

At the corner of the alley, I saw a woman who was selling beverage. I got closer to her and found that she sold hot thai tea.. yeaayyy..  and its cost only 20 bath, slurrppp.. sooo deliciousss.. (^_^)
With hot thai tea on my hand, I walked to tour agency at Khaosan Road. That day I will go to Kanchanaburi to visit Tiger Temple.

Near tour agency I was looking for something to eat and I found coconut cake. Its cost only 20 bath for 8 small pieces. This cake is sweet and delicious... recomend to try ^^

3/29/14

Wat Arun & Asiatique Night Market

previous story... Back to Bangkok

After took a rest for a while and sholat, I went out from hostel. First tourist attraction that I want to see is Royal Palace. According to my notes, I can visit Royal Palace by foot because it is near from Khaosan Road area.

My lunch: banana pancake (only 20 bath)  & chicken wing fried (30 bath).

Then, I decided to walk to visit Royal Palace, but I got lost.. (-_-*)
I met an officer and ask her where it was. She gave me clue but then I got lost again.. (-_-*)
O my God... I felt tired and got sweat for walking around in circle.
And I met another officer, he said that Royal Palace was closed that day for an event to celebrate king's birthday.. haiizzz (-_-*)

By the way when I got lost, I walked around Ratchadamnoen Klang Road area, near Democracy Monument. In this area, I saw lots of people in yellow shirts walking around, holding a demonstration. As you might know, these days people in Thailand specially Bangkok, are holding demonstration to force down goverment that led by Prime Minister Yingluck Shinawatra and to speed up the election.

Because of this demonstration, Ratchadamnoen Road and surrounding area were closed! Cars, motorcycles, taxies, buses, etc, can not pass this road, they have to turn around.

Beside filled by demonstrans, Ratchadamnoen roadsides also have been filled with some small white tents, sellers, etc. They were selling lots of accessories which related to demonstration, such as small Thai flags, nackless, rings, bandanna, glasses with flag's colours, etc.

3/19/14

My Green Project - Vertical Garden From Plastic Bottles

(English version)

Instead of making people's life easier, industries whose use plastic bottles to produce their products (specially food and beverage) make environmental damage. Because, it takes million years for plastic bottles to decompose with nature.

Luckily, there are industries and people who recycle and reuse trash from plastic bottles to be another products. So, it helps environment to be more clean, but still.. we can find a lot of trash of plastic bottles everywhere around us.

Now, how we are going to help our environment to be more clean and healthy?
It is simple question but not easy to do. Many of us are too lazy or too don't have time or too not care to make it clean and healthy.

In this blog, I am asking you to join My Green Project that many people around the world have tried this. It is to reduce trash of plastic bottles and make them useful things. I will show you how to make Vertical Garden From Plastic Bottles in simple way.

This Vertical Garden that I made, based on video from Youtube. That video was made by Prof. Dr. Willem Van Chotem (University of Ghent, Belgium).

Tools that you need:
1. Plastic bottles.
2. Nail/knife.
3. Cutter/scissor.
4. Seeds/root crops.
5. Wire/rope.

(above) plastic bottles, cutter, nail, and seeds. (below) seeds and wire

3/6/14

Back to Bangkok..

previous story ... Melongok Reruntuhan Ayutthaya

Finally, I arrived at Hua Lamphong/Bangkok Station. It was so pleasure came back again to Bangkok.. ^^ After I got out of the train, I walked through the alley and found different atmosphere at train station. The station was full of flowers and photos.

Bangkok Railway Station

Beautiful yellow flowers displayed in every corner, and King Bhumibol Adulyadej's photos were filling the space at the center of the platform's station. At the railway, stood a kingdom train in yellow colour also. O my o my.. I realized that everything related to the kingdom is using yellow colour.. one of my favourite colour.. love it! ^_^


Yellow train, yellow flowers ^^

2/17/14

Melongok Reruntuhan Ayutthaya

cerita sebelumnya.. Ayutthaya, Kota Purbakala yang Tidak Kuno

Turun dari kapal, langkah ku ayun menuju stasiun kereta. Dua orang turis terlihat sedang mengeluarkan motor dari depan sebuah penginapan yang merangkap rental motor/sepeda. Sambil terus melangkah, aku terus memerhatikan keduanya. Secara mengejutkan, seorang wanita muncul dari dalam penginapan tersebut dan menyapaku ramah.

Sejurus kemudian, aku sudah terlibat percakapan dengan wanita tadi yang ternyata adalah pemilik penginapan sekaligus rental motor/sepeda tadi.
"Saya bisa kasih kamu alternatif keliling kota Ayutthaya dengan biaya murah," ujarnya dalam bahasa Inggris.
"Heh? nyang bener buk?" tanyaku dalam hati.

"Hanya dengan menyewa sepeda seharga 40 bath sehari, kamu bisa keliling beberapa tempat wisata. Setelah itu bermalam di sini dengan tarif 150 bath untuk single room. Total kamu hanya membayar 190 bath saja. Kalo belum puas, besok pagi kamu bisa keliling lagi naik sepeda," ujarnya panjang lebar.

Beuhh... nih die nyang gue cariii.. ^_^
Tanpa banyak pikir, aku langsung setuju dengan usul si mbak-mbak ini. Oya, nama hostel yang aku inapi adalah Saifon Guest House. 

Kamarku sendiri terletak di lantai 2. Hanya ada sebuah meja dan ranjang kecil yang menghias ruangan super minimalis ini. Sebuah jendela berukuran segi empat, cukup lebar untuk menerangi kamar yang di langit-langitnya terpasang baling-baling kipas angin. Kamar mandinya terletak di luar (persis di sebelah kamar), untuk hot shower tersedia di lantai 1.

Setelah solat dan beristirahat sebentar, aku mulai menjelajah "Ancient City" Ayutthaya. Sebagai permulaan, kembali aku harus menyeberang Sungai Chao Praya dengan menumpang kapal penyebrangan. "Kalo lewat jembatan terlalu jauh, mendingan nyebrang naik kapal aja," Si Mbak penginapan memberi saran.

Baeklahh.. aku menuruti sarannya.

2/3/14

Ayutthaya, Kota Purbakala yang Tidak Kuno

cerita sebelumnya..  Naik Bus Kota & Kereta Di Bangkok

Di setiap stasiun, kereta berhenti untuk menaikkan dan menurunkan penumpang. Kursi-kursi di dalam kereta penuh terisi, tapi laju kereta tidak juga bertambah cepat. Alhasil, perjalanan ke Ayutthaya terasa lama..

Seorang remaja cowok duduk di hadapanku. Ia menenteng sebuah buntelan kain yang cukup besar, yang diletakkan di bawah kursi. Tangannya menjulurkan selembar uang 20 bath pada seorang ibu pedagang asongan, untuk membayar sebungkus buah-buahan berwarna hijau seukuran buah cerry. Dengan wajah malu-malu, ia mengupas kulit buah-buah tersebut perlahan, dan memakan biji di dalamnya.

Tanpa sadar, aku terus memperhatikannya makan. Rasanya ingin sekali bertanya buah apa yang sedang dimakannya, apakah rasanya enak? kenapa kulitnya tidak ikut dimakan? Tapi pertanyaan-pertanyaan tersebut hanya bergema di dalam kepalaku.

Tiba-tiba laju kereta terhenti. Ups.. rupanya kereta sedang berhenti di sebuah stasiun. Aku menoleh ke sebelah kiri, mencari-cari nama stasiun, tapi tak kutemukan. Yang kulihat hanyalah bangunan sederhana berwarna kuning gading dan bule-bule yang bertebaran di pelataran stasiun.

"Kok di stasiun ini banyak bule?" Seketika darahku terkesiap, jangan-jangan ini Stasiun Ayutthaya. Aku pun bertanya (dalam bahasa Inggris) pada remaja cowok tadi yang duduk di hadapanku. Ia tak menjawab, malah melongo memandangku. Ahh.. ternyata ia tidak mengerti bahasa Inggris. Lekas aku berdiri dan menghampiri jendela di sebelah kiri lalu melongok ke luar. Sebuah papan bertuliskan "Ayutthaya" yang cukup besar terlihat jelas.

1/17/14

Naik Bus Kota & Kereta Di Bangkok

cerita sebelumnya... Selamat Malam Dari Bangkok

Day 2 (04 Dec' 2013)...

Suara bising troli dan orang yang lalu lalang membuatku terjaga. Dengan mata yang masih mengantuk, kulirik jam di tangan. Waktu sudah menunjukkan pkl. 04.30 pagi.
Aku terduduk, diam, mematung.. memperhatikan orang-orang yang berseliweran di hadapanku, *ngumpulin nyawa dulu gan.. -_-*

Tepat pkl. 05 pagi, aku melangkah ke musolah untuk solat subuh. Waktu subuh pkl. 05.05 pagi. Setelah itu beli 2 botol air mineral di mini market @ 20 bath, lalu turun ke lantai dasar. Di dekat pintu keluar Bandara Don Mueang berdiri sebuah meja tourist information. Seorang perempuan bule sibuk menanyakan rute pada petugas di situ. Tak mau kalah, aku pun ikut-ikutan bertanya. Setelah mendapat cukup informasi, aku bergerak ke pintu keluar. *eh iya, jangan lupa minta peta Bangkok di tourist information, itu yang aku lupa -_-*

Gelap.. matahari masih belum menampakkan diri saat aku meninggalkan Bandara Don Mueang. Dengan berjalan kaki aku melintasi lorong bandara menuju jalan raya yang jaraknya tidak begitu jauh. Saat tiba di tepi jalan, deru kendaraan yang lalu lalang langsung menyapa.

Bersama penumpang lain, aku menunggu bus kota di halte depan bandara. Selang beberapa menit, sebuah bus kota seukuran bus Patas, datang dan berhenti tepat di halte tempatku berdiri. Nomer bus tersebut 29. Seingatku, bus no. 29 adalah bus tujuan stasiun kereta Hua Lamphong yang direkomendasikan petugas di meja tourist information tadi.

Naik Bus Di Bangkok

Bersama-sama dengan penumpang lainnya, aku langsung menyerbu masuk ke dalam bus dan duduk di bangku depan.
(FYI: Kursi paling depan (persis di sebelah kiri kursi driver adalah kursi khusus untuk kernet bus. Jadi, jangan duduk di situ yah.. kalo ga kebagian duduk ya berdiri aja ;)

Oya, bus kota di Bangkok tidak dilengkapi dengan tulisan romawi, yang terlihat hanya nomer bus dan huruf aksara Thai. Jadi, kalo kamu niat nge-bus saat jalan-jalan di Bangkok, jangan lupa browsing terlebih dahulu nomer-nomer bus beserta tujuannya, biar ga nyasar ;)

    1/8/14

    Selamat Malam Dari Bangkok

    Solo backpacker again? why not.. 
    Please enjoy my stories..



    Day 1, (03 Dec' 2013)...

    Kuamati dengan seksama titik-titik air yang jatuh di permukaan kaca bus. Awalnya hanya sedikit, tapi lama-lama titik-titik air itu semakin banyak. Kurapatkan jaket yang sedari tadi melindungi tubuhku dari dinginnya AC di dalam bus. Waktu menunjukkan pkl. 14 siang.

    Bus Damri yang membawaku terus menggelinding melewati kendaraan-kendaraan lain di jalan tol yang basah, sampai akhirnya berhenti di Terminal 3, Bandara Soekarno Hatta - Jakarta. Bergegas kulangkahkan kaki, turun dari dalam bus dan menghampiri restoran fast food tak jauh dari pintu masuk bandara. 

    Duduk sendiri di dalam restoran sambil makan siang dan mengamati pengunjung lainnya cukup menjemukan. Tapi sudahlah, kunikmati saja semuanya tanpa suara. Tak sampai setengah jam, makanan siap saji yang ada di hadapanku tandas tak bersisa.. *tanda-tanda kelaperan berat, beuhh..*

    Sambil melayangkan pandangan ke petugas yang menjaga pintu masuk, kuperlihatkan secarik tiket dan melenggang masuk ke dalam bandara. Kuhempaskan backpack di atas kursi panjang dan duduk di sebelahnya. Ruang tunggu bandara sangat ramai. Anak-anak kecil berlarian tak tentu arah diselingi teriakan para ibu yang menyuruh mereka agar berhati-hati. Orang-orang tua dan remaja tampak asyik bermain gadget (entah itu laptop, tablet, hp, camera) atau bercakap-cakap dengan teman seperjalanannya.

    foto selfie doeloe di Terminal 3 Soeta

    Aku, yang hari itu melakukan perjalanan sendiri, memilih untuk tidur-tiduran sambil menunggu pesawat tiba. Sebuah suara cempreng dari speaker bandara terdengar.. katanya, pesawat tujuan Don Mueang, Bangkok, mengalami keterlambatan 30 menit akibat tingginya traffic di Bandara Soeta. Aku hanya bisa mendesah, pelan kupejamkan mata, berharap waktu segera berlalu.

    1/6/14

    Wisata Ke Pulau Pari

    Beberapa bulan aja ga nginjek pasir pantai rasanya kaya berabad-abad yaks? aahahakk.. *lebay*
    Bersama Ika, one of my buddy, rencana mantai pun disusun. Aku yang sudah lama mengincar Pulau Pari, langsung menghubungi beberapa operator wisata, yang aku cari via internet, yang membuka trip ke pulau tersebut.

    FYI: Saat ini marak sekali operator-operator wisata yang membuka rute wisata ke beberapa pulau di kepulauan seribu. Selain biayanya relatif murah (kalo perginya rame-rame-red), dengan jasa operator wisata ini semua kebutuhan kita selama berwisata disediakan dan dijamin oleh pihak operator. So, all we do just having fun.. :) Hanya saja, yang perlu kamu perhatikan adalah operator tersebut bukan operator bodong/abal-abal. So, baiknya tanya-tanya temen yang udah pernah kesana deh biar aman.. ;)

    Walopun begitu.. kalo kamu mau bekpekeran ke P. Pari juga bisa. Hanya saja, agak sulit mencari penginapan saat weekend. Karena menurut guide yang aku temui di P. Pari, saat weekend tiba, P. Pari dipenuhi oleh ribuan wisatawan yang mayoritas berasal dari Jakarta.

    "Bisa sampai 4.000 orang pengunjung Mbak. Kalo pengunjung sudah overload seperti itu, kami terpaksa harus menolak orang yang ingin berlibur di sini. Udah kepenuhan Mbak," tuturnya.
    Jadi, kalo mo bekpekeran ke pulau ini, kenapa ga coba bawa tenda or sleeping bag?.. tidurnya di pantai ;)

    Angke - P. Pari

    Sekitar pkl. 06.30 pagi (15/06/13), aku dan beberapa peserta trip tiba di pelabuhan lama Muara Angke. Sambil menunggu peserta lain, yang mayoritas tidak aku kenal (belum pernah bertemu sebelumnya), kami duduk-duduk di bangku penjaja makanan dan minuman ringan di pinggir pelabuhan. Hari itu, ada 16 orang (14 dewasa + 2 anak-anak) yang berhasil aku dan Ika kumpulkan dalam waktu seminggu! untuk ikut trip ke P. Pari