"Just because you can't see it, doesn't mean it isn't there" - Laut bukan tempat sampah!

1/17/14

Naik Bus Kota & Kereta Di Bangkok

cerita sebelumnya... Selamat Malam Dari Bangkok

Day 2 (04 Dec' 2013)...

Suara bising troli dan orang yang lalu lalang membuatku terjaga. Dengan mata yang masih mengantuk, kulirik jam di tangan. Waktu sudah menunjukkan pkl. 04.30 pagi.
Aku terduduk, diam, mematung.. memperhatikan orang-orang yang berseliweran di hadapanku, *ngumpulin nyawa dulu gan.. -_-*

Tepat pkl. 05 pagi, aku melangkah ke musolah untuk solat subuh. Waktu subuh pkl. 05.05 pagi. Setelah itu beli 2 botol air mineral di mini market @ 20 bath, lalu turun ke lantai dasar. Di dekat pintu keluar Bandara Don Mueang berdiri sebuah meja tourist information. Seorang perempuan bule sibuk menanyakan rute pada petugas di situ. Tak mau kalah, aku pun ikut-ikutan bertanya. Setelah mendapat cukup informasi, aku bergerak ke pintu keluar. *eh iya, jangan lupa minta peta Bangkok di tourist information, itu yang aku lupa -_-*

Gelap.. matahari masih belum menampakkan diri saat aku meninggalkan Bandara Don Mueang. Dengan berjalan kaki aku melintasi lorong bandara menuju jalan raya yang jaraknya tidak begitu jauh. Saat tiba di tepi jalan, deru kendaraan yang lalu lalang langsung menyapa.

Bersama penumpang lain, aku menunggu bus kota di halte depan bandara. Selang beberapa menit, sebuah bus kota seukuran bus Patas, datang dan berhenti tepat di halte tempatku berdiri. Nomer bus tersebut 29. Seingatku, bus no. 29 adalah bus tujuan stasiun kereta Hua Lamphong yang direkomendasikan petugas di meja tourist information tadi.

Naik Bus Di Bangkok

Bersama-sama dengan penumpang lainnya, aku langsung menyerbu masuk ke dalam bus dan duduk di bangku depan.
(FYI: Kursi paling depan (persis di sebelah kiri kursi driver adalah kursi khusus untuk kernet bus. Jadi, jangan duduk di situ yah.. kalo ga kebagian duduk ya berdiri aja ;)

Oya, bus kota di Bangkok tidak dilengkapi dengan tulisan romawi, yang terlihat hanya nomer bus dan huruf aksara Thai. Jadi, kalo kamu niat nge-bus saat jalan-jalan di Bangkok, jangan lupa browsing terlebih dahulu nomer-nomer bus beserta tujuannya, biar ga nyasar ;)

    Bus no. 29 yang aku naiki non-AC, tarifnya 8 bath. (FYI: tarif bus kota tergantung jarak. Untuk bus non AC, tarif termahal: 8 bath. Sedangkan untuk bus AC, tarif termahal: 17 bath).
    Setelah membayar, kondektur/kernet bus memberikan secarik kertas/tiket. Di situ tercantum harga tiket bus yang aku bayar.

    Tiket bus kota dan bus kota Bangkok

    Oya, cara kondektur bus menagih ongkos bus adalah dengan menggoyang-goyangkan tabung kaleng, yang berisi uang receh dan potongan tiket, hingga berbunyi. Semua kondektur bus kota dilengkapi dengan tabung kaleng ini. Ada satu hal yang menarik perhatianku. Selama aku berada di Bangkok, semua kondektur bus kota yang aku naiki, berjenis kelamin perempuan! :D

    Busana mereka pun sangat rapih. Para kondektur mengenakan seragam berwarna biru muda (kemeja) dan rok serta blazer berwarna biru tua, dipercantik dengan sepatu pantofel dan kaus kaki. Sementara sang supir mengenakan kemeja biru muda dan dasi. Hmm.. jadi inget supir dan petugas bus Trans Jjakarta.. (^_^) duh.. iseng amat ya gue merhatiin sampe segitunya.. :p

    Lanjuttt.. Walaupun non AC, udara dingin di pagi hari cukup membuatku mengerut. Bus melaju dengan kecepatan sedang, cenderung agak ngebut malah. Duduk  di kursi depan membuatku leluasa menikmati jalan-jalan kota Bangkok yang pagi itu tampak lengang. Sesekali bus berhenti di halte untuk menaikkan atau menurunkan penumpang.

    (FYI: Penumpang bus tidak bisa di sembarang tempat naik turun bus. Mereka harus menunggu/turun di halte bus atau tempat yang ada tanda/plang 'bus stop'. Tanda 'bus stop' ini berupa tiang yang di bagian atasnya ada gambar bus, berwarna biru-putih).

    Hua Lamphong Railway Station

    Hanya tersisa 3 orang saat bus tiba di tujuan akhir (Stasiun kereta Hua Lamphong/Hua Lamphong Railway Station). Begitu kakiku menjejak aspal, sebuah bangunan dengan atap berbentuk setengah bulat, berdiri dihadapanku. Sejenak aku tertegun, bentuk arsitektur Stasiun Hua Lamphong ini mengingatkanku dengan Stasiun Kota-Jakarta, mirip banget gan..! Hanya saja, Stasiun Kota-Jakarta jauh lebih besar dan lebih megah daripada Stasiun Hua Lamphong.. :)

    Stasiun Bangkok/Hua Lamphong

    Hua Lamphong Railway Station ini juga dikenal dengan nama Bangkok Railway Station. Kabarnya, stasiun ini merupakan stasiun kereta tua yang sudah berdiri sejak tahun 1916. Dan saat ini, Bangkok Railway Station hanya melayani rute luar kota Bangkok.

    Dengan langkah pasti aku masuk ke dalam stasiun. Bagian dalam stasiun memang tidak sebesar dan setinggi Stasiun Kota-Jakarta, tapi cukup menarik. Di dalam stasiun, berbagai fasilitas umum bisa ditemui. Mulai dari tempat penitipan barang/koper/ransel, cafe, stand makanan, warnet, ATM, toko buku, dan food court. Di dalam food court ada rumah makan Halal Food. Lokasinya ada di paling pojok, rekomen banget buat kamu yang muslim :)

    Oya, untuk membayar makanan di food court ini kamu harus menukar uang dengan kupon terlebih dahulu. Mereka tidak menerima uang cash. Loket kupon ada ditengah-tengah food court.

    Bagian dalam Stasiun Hua Lamphong

    Stasiun ini juga dilengkapi dengan toilet yang terdiri dari kamar mandi (untuk mandi, tarifnya 20 bath) dan untuk buang air (tarifnya: 2 bath), dan di stasiun ini juga ada musolahnya.. ^_^

    Puas celingak celinguk, aku menghampiri stand waffle yang berdiri di pojok stasiun. Waffle rasa standar seharga 16 bath aku boyong. Eh.. ternyata enak cuy wafflenya ^_^
    Setelah itu aku menghampiri tiket booth dan membeli selembar tiket tujuan Ayutthaya. Harga yang harus aku bayar sebesar 20 bath untuk gerbong kelas 3, murah ya gan hihihi..

    Betewe eniwey.. katanya sih kalo mo ke Ayutthaya bisa milih gerbong, untuk kelas eksekutif lebih mahal tapi lebih bagus fasilitasnya. Hanya saja aku ga ngerti gimana cara milihnya. Petugas di loket tidak memberiku pilihan, ia langsung menyodorkan tiket untuk gerbong kelas 3. Ga apalah.. yang penting nyampe.. :D

    Pada tiket, tertera waktu keberangkatan kereta ke Ayutthaya pkl. 07.30 pagi, "Berarti tinggal 30 menit lagi", ucapku dalam hati. Sambil menunggu kereta, aku duduk di ruang tunggu sambil mengunyah waffle.

    Tiga puluh menit pun berlalu. Terdengar suara dari speaker dalam bahasa Thai dan Inggris yang kurang jelas. Dari pada menebak-nebak apa informasi yang dikatakan via speaker tadi, aku bangkit dari tempat duduk dan melangkah masuk ke peron kereta. Seorang petugas informasi sedang duduk di balik mejanya saat aku datang dan bertanya dimana kereta tujuan Ayutthaya.

    Bagian dalam stasiun

    Dengan tangan kanannya ia menunjuk platform no. 11 yang tak jauh dari tempatnya duduk. Aku bergerak menuju peron yang dimaksud. Dan memang, di situ telah bertengger sebuah kereta tua yang body keretanya mirip kereta ekonomi AC Rangkasbitung - Angke, hihihi...

    Tapi eh tapi.. walopun body-nya jadoel, kereta tersebut dilengkapi dengan sleeping bed, ruang makan, dan restoran kecil di dalamnya lho.. Itu hasil pengamatanku saat melihat-lihat gerbong kereta paling depan. Tapi gerbong kelas 3 bukan di situ tempatnya. Lha.. trus dimana? "Di gerbong belakang Neng," begitu kira-kira terjemahan dari petugas lainnya saat kutanya.

    Aku kembali menyusuri rangkaian gerbong kereta dan tiba di gerbong yang terisi banyak penumpang (gerbong paling depan tadi kosong, tidak ada penumpangnya-red). Setelah bertanya pada salah seorang penumpang untuk memastikan bahwa gerbong dan kereta yang kunaiki adalah benar tujuan Ayutthaya, aku mencari tempat duduk di dekat jendela.

    Beberapa orang penjual (aka. pedagang asongan), terlihat mondar mandir dan dengan sigap menawarkan dagangannya di dalam gerbong. Jualannya pun macem-macem, mulai dari nasi goreng, nasi ayam, buah-buahan, roti, dan sebagainya. Dengan mengeluarkan uang sejumlah 20 bath, sebungkus nasi goreng nanas berhasil kudapatkan. Mayanlah buat sarapan, makan waffle doang ga nendang cuy hehehe.. Tapi bener deh, nasi goreng nanasnya enyakkk... (^_^)

    Selfie di dalam kereta ;))

    Sepuluh menit kemudian, kereta bergerak perlahan meninggalkan Stasiun Bangkok. Sambil makan, kuamati pemandangan di luar jendela. Rumah-rumah kumuh, jalan-jalan kota, gedung-gedung perkantoran yang dilewati, tidak jauh berbeda dengan pemandangan di Jakarta.

    Pemandangan di sepanjang rel kota Bangkok

    Memasuki luar kota Bangkok, pemandangan di luar jendela berganti dengan hamparan sawah, ladang, lapangan luas yang ditumbuhi ilalang, serta pemukiman warga.

    Semilir angin yang masuk lewat jendela kereta yang terbuka, membuat tubuhku menggigil. Kurapatkan jaket dan melilitkan handuk di kepala sekedar mengusir rasa dingin yang menggigit. Kereta terus melaju...



    bersambung... Ayutthaya, Kota Purbakala yang Tidak Kuno


    Salam

    Ifa Abdoel


    No comments:

    Post a Comment