"Just because you can't see it, doesn't mean it isn't there" - Laut bukan tempat sampah!

3/3/16

Kisah Bangkai Hidup di Taman Nasional Baluran

cerita sebelumnya.. Legend of Patih Gajah Mada at Madakaripura Waterfall

Banyak yang bilang Taman Nasional Baluran adalah  Afrika-nya Indonesia. Katanya, tempat ini adalah surganya udara panas dan padang savana yang luas - yang di atasnya berlarian banteng, rusa, dan sejenisnya, kaya yang di pilem God Must Be Crazy itu loh.. ^^
Betul ga yah?
Let's check it out ;)

Matahari masih duduk disinggasananya saat mobil yang membawa kami menggelinding meninggalkan kawasan Air Terjun Madakaripura. Setelah mampir sebentar di sebuah rumah makan untuk memberi makan cacing-cacing di dalam perut, kami melanjutkan perjalanan menyisir jengkal demi jengkal jalanan beraspal.

Entah sudah berapa jam kami berada di dalam mobil, yang jelas, gelap telah menyelimuti langit saat kendaraan kami membelah hutan Baluran. Masih terngiang di telingaku tentang perkataan ibu pedagang di warung yang tadi kami singgahi untuk makan malam.

Katanya, masih banyak bajing loncat yang berkeliaran di hutan tersebut. Bajing loncat adalah sebutan halus untuk rampok yang suka memangsa orang/kendaraan yang melewati  hutan Baluran.

Wefie dulu di warung sebelum ke TN Baluran ^^

Ibu itu menyarankan agar kami tidak melewati hutan tersebut di malam hari, apalagi diperkirakan kami akan tiba di hutan itu saat tengah malam.

Ika tampak khawatir, ia memandangku cemas. Gama, supir kami, juga ikut-ikutan memandangku. Yaelahh.. ini kenapa jadi pada ngeliatin gue yak? (-_-!)
"Dont worry, insyaAlloh ga bakal ada apa-apa kok, bismillah aja," ucapku nyengir kuda sok berani, padahal ngeri juga euy (-_-!)
Well.. this time we have to be strong enough and believe that God will protect us, no doubt!

Mataku bergerak liar mengawasi jalan saat kami memasuki kawasan hutan. Waktu sudah menunjukkan pkl. 22.30 malam. Mobil melaju dengan kecepatan sedang, di kiri kanan jalan, bayangan pohon yang tertimpa cahaya lampu mobil berkelebat dengan cepat.

Aku terus mengawasi jalan yang saat itu ramai dilalui oleh beragam kendaraan. Di beberapa titik aku melihat beberapa pos polisi. Hatiku pun mulai bertanya-tanya, "Ini jalanan rame, banyak kendaraan lewat, banyak pos polisi juga, masa iya rampok masih berani berkeliaran?"

pic by google

Tak sampai satu jam kemudian, kami tiba di pintu gerbang TN Baluran. Pak Kasman sudah menunggu kedatangan kami. Pak Kasman adalah salah seorang ranger di TN Baluran. Ia menyewakan rumahnya dan rumah penduduk lainnya di sekitar situ sebagai homestay.

Di dalam TN Baluran itu sendiri sebenarnya ada penginapan yang disewakan. Letaknya di Pantai Bama dan Savana Bekol, hanya saja, hari itu penginapan di kedua tempat itu sudah full booked. Jadi kami harus mencari alternaif lain.

Rumah Pak Kasman tak jauh dari gerbang TN Baluran, kira-kira 100 m. Untuk biaya menginap, semalam hanya dibandrol Rp 50.000/orang. Kalo rumah Pak Kasman penuh, maka wisatawan yang ingin menginap dialihkan ke rumah tetangganya yang juga kerap dipakai untuk homestay. No. hp Pak Kasman 0878-57429277 & 0853-34122116.

Di rumahnya, Pak Kasman hanya ditemani sang istri karena anak-anaknya sudah menikah dan tidak tinggal di situ. Saat aku bertanya tentang rampok di hutan Baluran, Pak Kasman tertawa kecil. Katanya, saat ini keadaan hutan sudah tidak seseram dulu karena jalanan sudah ramai dan banyak pos polisi. Jadi  sudah tidak ada lagi rampok atau bajing loncat. So.. jangan khawatir kalo lewat situ yaks, aman kok.. ;)

Kisah Bangkai Hidup

Sambil duduk di ruang tamu, Pak Kasman pun berkisah tentang mitos dan sejarah TN Baluran. Ditemani segelas teh manis hangat, kalimat demi kalimat tentang legenda Bangkai Hidup di TN Baluran, meluncur dari bibirnya.

Alkisah..
Dahulu kala, Pulau Jawa dan Bali merupakan satu daratan, tak terpisah. Daratan tersebut dikuasai oleh dua kerajaan. Kerajaan Jawa dipimpin oleh seorang raja yang bernama Raja Diwotocengkar dan kerajaan Bali di pimpin oleh Ratu Naga Baruna. Keduanya adalah sepasang kekasih.

P. Jawa dan P. Bali (pic. by google)

Pada awalnya, keduanya hidup harmonis dan saling mencintai. Kemesraan keduanya menimbulkan rasa iri pada beberapa orang. Apalagi banyak pria yang juga diam-diam terpikat dengan kecantikan Ratu Naga Baruna. Sehingga timbul niat dalam hati mereka untuk memisahkan keduanya. Umpan pun ditebar.

Ratu Naga Baruna berhasil dihasut. Ratu dibuat percaya bahwa Raja Diwotocengkar berselingkuh dan menghianati cintanya. Alhasil, sang ratu pun marah dan memutuskan tali kasihnya dengan Raja Diwotocengkar.

foto ilustrasi (by google)

Raja Diwotocengkar tak terima dengan tuduhan sang ratu. Ia sangat terkejut, kaget, dan kecewa terhadap sikap sang ratu. Di tengah perasaannya yang kalut, Raja Diwotocengkar menancapkan tongkat saktinya ke tanah dan bumi pun terbelah..

Tanah, tempat tongkat sakti itu menancap, bergeser dan terus bergeser.. memisahkan kedua kerajaan tersebut. Konon, daratan yang terpisah tersebut akhirnya menjadi Pulau Jawa dan Pulau Bali.

Terpisahnya dua kerjaan tersebut juga membuat sapi-sapi yang berdiam di kerajaan tersebut ikut terpisah. Konon,  saat itu ada ribuan ekor sapi yang tertinggal di kerajaan Bali. Sementara hanya 3 ekor sapi yang tertinggal di kerajaan Jawa.

pic by google

Sapi yang tertinggal di kerajaan Jawa terdiri dari 2 ekor sapi jantan dan 1 ekor sapi betina. Karena hanya ada 1 ekor sapi betina, maka 2 ekor sapi jantan itu pun berkelahi untuk memperebutkan sapi betina. Perkelahian yang sengit antar sapi jantan pun tak terelakkan. Akibatnya, kedua sapi jantan itu mati karena luka-luka yang mereka derita.

Melihat tak ada satupun sapi jantan yang hidup, sapi betina berduka. Ia pun memohon pada dewata agar menghidupkan satu sapi jantan untuk menemaninya. Doa sang sapi betina terkabul. Dewata menghidupkan kembali salah satu sapi jantan tersebut.

"Sampai sekarang, kalau sapi jantan yang ada di Taman Nasional Baluran ini dipotong, maka dagingnya bau bangkai," tutur Pak Kasman. Hal tersebut tidak berlaku jika yang dipotong adalah sapi betina.

Ia pernah 3 kali memotong sapi jantan yang ada di TN Baluran dan kondisi ketiga sapi itu sama, tak sampai 10 menit setelah dipotong, daging sapi langsung berair dan bau bangkai langsung tercium. Itu sebabnya sapi jantan di TN Baluran disebut juga sebagai batang urip = bangkai hidup.

Kami hanya tertegun mendengar cerita Pak Kasman. Rasanya sulit untuk percaya dengan cerita tersebut. But hey.. the world is a mistery and we live in it, walahualam.. ;)


bersambung... Misteri Lain di Taman Nasional Baluran

Salam

Ifa Abdoel


No comments:

Post a Comment